Liputan6.com, Kupang - Peta pertama Pulau Timor berumur 111 tahun atau satu abad lebih benar nyata dan ada. Peta ini digambar tangan oleh ahli dari Belanda dan diklaim sebagai peta Timor tertua.
Proses pembuatannya digambar tangan, berjalan kaki dan naik kuda. Peta itu dibuat usai Raja Sonbay III atau Sobe Sonbay ditangkap tentara Belanda pada tahun 1905.
Saat ini, peta kuno dengan skala 1:1.250.000 itu masih terawat dengan baik. Keterangan lokasi masih terbaca secara jelas dan mendetail sampai desa-desa dan dusun. Peta tersebut berukuran sekitar 100 × 120 centimeter, ditempel di atas kain warna hijau.
"Jenderal van Heutsz mendatangkan tim khusus yang dipimpin oleh Profesor Molengraaff seorang ahli geologi Belanda yang sangat tersohor di dunia pada masa itu," ucap sejarawan sekaligus wartawan Peter A Rohi kepada Liputan6.com di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu, 5 November 2016.
Tim tersebut membawa beberapa misi. Yakni, penyelesaian tapal batas antara Timor Belanda dan Timor Portugis, membuat peta Pulau Timor, menyelesaikan jalan Kupang-Atapupu yang saat terhalang karena peperangan dan merancang telefoonlijnen (jaringan telepon).
"Sang profesor dan timnya mendarat di Pulau Timor namun tidak memilih turun di Kupang, tetapi di Atapupu, sekarang Kabupaten Atambua," tutur Peter.
Advertisement
Baca Juga
Peter menambahkan, tim tersebut terdiri dari Letnan satu Inf. Bruijnis, Letnan satu Inf. Jaan Brandhoof, Letnan Satu (Inf) Kunts, Ingenieur Bow Asmussen, Ajun OO Opnemer Stegenga ditambah Inlandschen Verkenner Poring asal Manado yang menjadi satu-satunya ahli pribumi dalam tim tersebut.
Semua anggota tim mempunyai peranan tersendiri dan dibagi sesuai tugas pokok masing-masing.
"Mereka membagi wilayah kerja, Stegenga mendapat tugas di wilayah Kupang dan Pulau Semau, Ir Asmussen di Camplong sampai Kapan dan Atapupu sampai Besikama. Hoff dari Noelmina, Kolbano, Soe sampai Potain dan Kapan serta Noemuti sampai Hasfuik di sebelah barat Atapupu," Peter menerangkan.
"Kunts membantu Ir Asmussen dari Kaoniki sampai Soe dan Kapan, serta membantu Poring sampai ke Wini. Semua berjalan kaki dan naik kuda. Profesor Molengraaff sendiri naik kuda mengitari Pulau Timor dari Atapupu ke Kolbano melalui Wekmurak dan Potain kemudian ke utara melalui Noitoko, Haimunik, Kefamenanu, Maubesi sampai Wini. Dari Wini kembali lagi ke Maubesi lalu menuju Atapupu melalui Sufa," ujar Peter.
Proses pembuatan peta memakan waktu kurang lebih satu tahun. "Dalam setahun peta Timor pun jadi dan Profesor Molengraaff kembali ke Amsterdam," penulis buku Kako Lami Angalai itu memungkasi