Sukses

Tugas Berat Arya Bocah Berbobot Nyaris 2 Kuintal

Pihak RSHS Bandung optimistis berat badan Arya bisa turun menuju ideal.

Liputan6.com, Bandung - Masih ingatkah dengan bocah berusia 10 tahun asal Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegal Waru, Karawang, Jawa Barat, yang bobot tubuhnya berlebih alias obesitas bernama Arya Pernama?

Bagaimana kondisinya saat ini usai dilakukan pendampingan medis rutin dan ketat oleh tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung?

Sekarang ini Arya Permana terus mengikuti dua program yang telah dirancang untuk menurunkan berat badannya secara ideal dari 192 kilogram menjadi 48 kilogram. Program yang pertama adalah diet ketat dan yang kedua adalah program aktivitas fisik.

Menurut Ketua Tim Dokter RS Hasan Sadikin, Julistio TB Djais, untuk program diet ketat yang kini terus dilakukan di rumahnya masih berlangsung.

"Supaya patuh terhadap menu dietnya, Arya disuruh mencatat apa yang telah dimakannya. Pola kita sih sebetulnya setelah kita hitung, 2.200 sampai 2.300 kalori makanan yang gizi seimbang itu dikonsumsi olehnya," ujar Juslistio TB Djais kepada Liputan6.com di Bandung, Selasa (8/11/2016).

Julistio TB Djais menjelaskan menu diet sebanyak 2.200 sampai 2.300 kalori itu terdiri dari lauk pauk, nasi dan buah-buahan. Jika Arya menginginkan makanan camilan, maka menu buah-buahan yang kaya serat harus diprioritaskan untuk dikonsumsi.

Djais mengatakan, selain itu menu diet tersebut harus dengan pola konsep gizi sehat seimbang dan teratur. Seperti sarapan pagi jangan dilewatkan oleh bocah yang masih bersekolah di kelas 4 itu.

"Tentu menu diet ketat itu disesuaikan dengan kondisi yang ada sesuai dengan saran ahli gizi dari rumah sakit yang datang ke sana," katanya.

Djais mengakui adanya kendala saat menu diet mulanya diterapkan kepada Arya Pernama. Pada permulaan menu diet tersebut tidak ada yang dilaksanakan sama sekali. Namun, lambat laun disesuaikan dengan keinginan dan kondisi Arya tinggal.

Cara yang paling ampuh, kata Djais, adalah dengan meminta komitmen Arya untuk selalu mencatat seluruh makanan yang dikonsumsinya ataupun yang tidak mau dimakan. Dengan cara itu, diketahui pola makan Arya terhadap menu diet yang diberikan.

"Kita bersama ahli gizi memberi PR kepada dia. Kalau gizi sih sudah lebih bagus sudah sesuai dengan program yang kita mau yaitu minimal 2000 kalori," ia menjelaskan.

Sama halnya dengan aktivitas fisik yang dilakukan Arya. Dua aktivitas fisik dilakoni oleh Arya, yaitu nonprogram seperti jalan santai dan diharuskan bermain. Kemudian, terdapat latihan berjalan dengan jarak dan waktu tertentu setiap harinya.

"Karena berat badannya masih gemuk, terakhir kali 183,6 kilogram, maka aktivitas fisiknya agak terhambat akibat beban tubuh yang berat," ujar Djais.

Pihak RS Hasan Sadikin optimistis Arya akan bisa mencapai bobot yang ideal karena tim dokter secara rutin, yaitu sebulan sekali, melakukan pemeriksaan ke Karawang. Selain itu, Arya sebulan sekali diperiksa di RS Hasan Sadikin.

Diharapkan dalam beberapa bulan mendatang pemeriksaan rutin tersebut terus berlangsung secara berkelanjutan, maka bobot dan fisik bocah Arya mengalami penurunan cukup berarti.

"Nanti kalau sudah lebih turun berat badannya lagi mungkin bisa jalan jauh lagi," kata Djais.