Sukses

Siswa SMK Tegal Dipukuli Puluhan Kakak Kelas Saat Jam Pelajaran

Setidaknya ada 10 kakak kelas yang menganiaya siswa SMK Tegal saat jam pelajaran kosong.

Liputan6.com, Tegal - Aditya Riski Fauzi (15) siswa kelas X SMK Negeri 3 Kota Tegal terpaksa meninggalkan sekolah untuk menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, hampir sepekan.

Ia terluka serius di bagian organ dalam sekitar perut akibat bogem mentah yang dilayangkan sekitar 10 kakak kelasnya berulang kali pada Rabu, 2 November 2016.

Insiden itu diduga dipicu kesalahpahaman antara korban dan kakak kelasnya. Korban pun tersungkur dan keesokan harinya pada Kamis (3/11/2016) dilarikan ke RSUD Suradadi untuk mendapatkan penanganan medis.

"Awalnya pulang ke rumah anak saya diam, tapi malam harinya setelah merasakan sakit yang luar biasa, akhirnya dia (Aditya) ngaku kalau habis dikeroyok dan dipukuli sama kakak kelasnya di bagian perut," ucap Kusmiyati (39), ibunda korban di RSUD Suradadi Kabupaten Tegal, Rabu (9/11/2016).

Ia mempertanyakan pengawasan pihak sekolah saat pengeroyokan terhadap anaknya berlangsung. Pasalnya, kejadian itu berlangsung di dalam kelas saat jam pelajaran.

"Tapi saat itu, gurunya nggak ada yang ngajar. Tiba-tiba, gerombolan kakak kelasnya dari luar masuk ke kelas langsung mengeroyok dan memukuli Aditya," ucap dia.

Gerombolan kakak kelas bak preman itu, lanjut Kusmiyati, sempat meminta korban dan teman sekelasnya untuk berdiri di depan kelas. Setelah maju, gerombolan kakak kelas itu memukuli anaknya dan rekan-rekannya tanpa babibu.

"Katanya hal itu sudah menjadi tradisi setiap tahun," ujar dia mengutip pengakuan Aditya.

Saat ini, kondisi Aditya tergolek lemah dengan selang infus dipasang di ranjang ruang ICU RSUD Suradadi Kabupaten Tegal. Ia juga mendapat bantuan alat pernapasan lantaran sakit di bagian perut itu. Bahkan, Aditya tidak mau makan selama lima hari.

"Makanya saya khawatir dengan kondisinya kalau susah makan seperti ini," ujar dia.

2 dari 2 halaman

Sekolah Kecolongan

Sementara itu, pihak sekolah mengaku kecolongan saat mengetahui informasi ada seorang siswanya menjadi korban pengeroyokan dan pemukulan di dalam kelas.

"Apalagi, kasus pemukulan ini sudah banyak diketahui masyarakat banyak dan korban saat ini masih menjalani perawatan di RS," ucap Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Negeri 3 Kota Tegal Bambang Andi W.

Di sisi lain, pihak sekolah mengaku sudah mengantisipasi agar perundungan itu tidak terjadi di lingkungan sekolah. Namun, ia menyadari upaya pembinaan mental itu belum maksimal.

Setelah kejadian itu, lanjut dia, pihak sekolah sudah mengumpulkan sejumlah siswa pelaku dan korban. Ada sekitar 8 orang yang mengaku dipukul. Sementara, untuk yang melakukan pemukulan sampai 20 orang siswa.

"Usai kasus tersebut mencuat dan ramai diperbincangkan, kami langsung melakukan pemeriksaan kepada siswa dan memanggil siswa yang diduga terlibat aksi pengeroyokan dan pemukulan itu," dia menjelaskan.

Hasil pertemuan itu memutuskan agar orangtua para pelaku menanggung biaya pengobatan para korban penganiayaan. Hal tersebut dinyatakan tertulis hitam di atas putih.

"Karena korban saat ini masih dalam perawatan, kami minta kepada orangtuanya untuk tanda tangan persetujuan akan menanggung seluruh biaya pengobatan korban sampai sembuh," kata Bambang.

Hingga saat ini, pihak sekolah masih fokus pada penanganan korban hingga sembuh. Sementara, pelaku yang nantinya terbukti memukul akan dikenakan sanksi dikeluarkan dari sekolah.