Sukses

Cerita Pejuang Kemerdekaan Keturunan China

Pada masa perjuangan kemerdekaan, seluruh elemen bangsa bersatu.

Liputan6.com, Semarang - Di usia 87 tahun, veteran perang yang turut memperjuangkan kemerdekaan, Soegeng Boedhiarto, masih tetap semangat menceritakan perjuangan dalam perang melawan penjajahan Jepang dan Belanda.

Ayah sembilan anak yang lahir di Purwokerto pada 4 Juli 1929 ini memang merupakan seorang veteran pejuang kemerdekaan Indonesia.
Setiap peringatan Hari Pahlawan 10 November, dia selalu membuka kenangan perjuangan di masa dirinya ikut mengangkat senjata bersama pejuang lainnya untuk mengusir penjajah.

Beratnya perjuangan di masa penjajahan tidak saja dirasakan pejuang. Rakyat juga ikut merasakan penderitaan yang terjadi di masa pendudukan penjajah di Tanah Air.

Di masa itu, perjuangan melawan penjajah dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat. Tidak hanya mengangkat senjata, membantu memenuhi kebutuhan pejuang juga dilakukan masyarakat pada umumnya. Semuanya adalah pahlawan. 

Hal itulah yang diungkapkan Soegeng Boedhiarto, pejuang keturunan Tionghoa yang tinggal di Jalan Mayjen Pandjaitan No 1, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Saat bercerita kepada Liputan6.com, dia menuturkan masa itu semangat nasionalisme dan keinginan untuk merdeka dari penjajahan mampu menyatukan semua elemen bangsa Indonesia.

Di masa hiruk-pikuk perjuangan, Soegeng berperan mengatur strategi perang masuk Kota Purwokerto. Dengan informasi yang dipasok ke pasukan, penyerangan bisa dilakukan lebih intensif dan optimal.

Untuk memudahkan penyerangan pada malam hari, Seogeng memberikan ide agar tower pengintai dirobohkan. Pejuang yang akan merebut ke Purwokerto sempat dihalau, tapi akhirnya berhasil menusuk jantung lawan.

Di sisi lain bagi penjajah, pejuang kemerdekaan RI dianggap sebagai kelompok ekstremis. "Jika tertangkap mereka akan disuruh lari, kemudian ditembak dari arah belakang. Sehingga seolah-olah pejuang kemerdekaan adalah ektremis yang melarikan diri," ujarnya.

Setelah Indonesia merdeka, Seogeng Boediarto sempat bertugas di Corps Polisi Militer (CPM) sampai dia mengundurkan diri dari militer. "Tepatnya pada tanggal 6 Januari 1950," kenang dia.

Pemerintah tidak melupakan jasa-jasanya. Pada tanggal 15 Agustus 1981 dia mendapat gelar Kehormatan Penghargaan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI.

Setelah mundur dari karier militer, kesempatan dan waktu kumpul keluarga dimanfaatkan Soegeng Boedhiarto lebih fokus mendidik putra-putrinya agar menjadi generasi penerus yang berguna bagi nusa dan bangsanya.