Sukses

Indahnya Toleransi, Kasidahan Buka Pesta Paduan Suara Gereja

Bahkan, hampir semua ketua kontingen paduan suara gereja beragama Islam.

Liputan6.com, Kupang - Warga Alor, Nusa Tenggara Timur, bukan hanya berteori soal menjunjung toleransi antar-umat beragama. Di Jazirah Kabola, Alor, NTT, warga muslim bahkan membuka acara Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesperawi) yang diikuti seluruh kecamatan di Kabupaten Alor.

Kaum muslim memeriahkan acara dengan menampilkan grup kasidahan dari Majid Kadelang. Bahkan, hampir semua kontingen yang datang pada ajang yang berlangsung sejak Rabu 9 November 2016 itu diketuai oleh warga yang beragama Islam.

"Hampir semua ketua kontingen beragama Islam. Gema kerukunan telah dimulai dari Alor. Saya sangat terharu dengan kerukunan yang terjalin saat ini. Hal ini sangat berharga dalam sejarah," ujar Deny Padabang, Ketua Panitia Pesparawi Kabupaten Alor, kepada Liputan6.com.

Bupati Alor Amon Djobo mengatakan, kerukunan antarumat beragama di Alor terjalin dari awal masuknya agama Islam dan Kristen di Alor dan masih dijaga hingga saat ini. Hal itu menunjukkan bahwa Alor memang benar-benar surga di Indonesia timur.

"Di tempat lain, suku, agama dan ras dipakai sebagai alasan untuk saling berperang, tetapi di Alor tidak. Justru, perbedaan dijadikan kekayaan untuk membangun Kabupaten Alor," ujar Amon.

Tokoh Islam Jemput Uskup

Sebelumnya, pada Selasa, 4 Oktober 2016 lalu grup kasidah tampil dalam perayaan iman Katolik, yakni Penerimaan Sakramen Penguatan oleh Uskup Larantuka Mgr Frans Kopong Kung, Pr di Gereja Paroki Kristus Raja Wangatoa Lembata.

Dalam acara itu, grup kasidah dan sejumlah tokoh Muslim serta Gereja Bethel Wangatoa (Protestan) hadir meramaikan perayaan itu. Sedikitnya dua acara berupa lagu dan tarian qasidah yang dibawakan oleh sekitar 11 grup kasidah dari grup kasidah Masdjid Nurulsalam Wangatoa-Lembata-NTT, memberi warna tersendiri.

Pada Sabtu, 1 Oktober 2016 sebelum puncak perayaan, tokoh agama Islam mengambil bagian dalam prosesi penjemputan Uskup Kopong Kung. Hajah Manzur yang didampingi Haji Manzur Masan Purab selaku alim ulama mengalungkan selendang kepada uskup.

"Gereja Katolik menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan beragama. Karena itu, hidup dalam kebersamaan dan saling toleransi dengan sesama umat agama lain adalah spirit dalam hukum cinta kasih," ujar Uskup Mgr Fransiskus Kopong Kung, Pr, kepada Liputan6.com.

Uskup mengatakan, sebagai umat beragama hendaklah saling menghargai meski memiliki iman yang berbeda.

"Kehadiran saudara kita umat muslim dalam kegiatan ini merupakan wujud penghargaan sebagai umat beragama meski dengan perbedaan keyakinan," kata Uskup.

Video Terkini