Liputan6.com, Brebes - Dinas Pendidikan Kota Tegal dan pihak sekolah memutuskan 20 siswa SMK yang terlibat dalam pengeroyokan dan pemukulan kepada sejumlah adik kelasnya saat jam pelajaran tidak dikeluarkan dari sekolah (DO).
Berdasarkan pertemuan yang dilakukan antara orangtua korban dan para orangtua pelaku serta pihak SMK Negeri 3 Kota Tegal dan Dinas Pendidikan, mereka sepakat menyelesaikan persoalan tersebut secara kekeluargaan. Keputusan itu berdasarkan pertimbangan masa depan para siswa.
Kepala SMKN 3 Kota Tegal, Bejo menyatakan keputusan itu disertai dengan sejumlah catatan. Pihak orangtua korban urung untuk melanjutkan masalah ke ranah hukum karena para orangtua pelaku menyatakan siap menanggung semua biaya perawatan Aditya Riski Fauzi (15), siswa kelas X.
"Sudah kami lakukan pertimbangan pembinaan, pelaku juga diberi kesempatan untuk merubah sikap melalui pembinaan khusus dari BK sekolah," ucap Bejo, Kamis, 10 November 2016.
Selain itu, pihak sekolah juga berjanji memperketat pengawasan terhadap semua anak dirik selama proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Bejo juga berjanji tidak akan menoleransi jika kejadian serupa terulang karena dianggap mencoreng nama baik almamater sekolah.
"Kalau terjadi lagi kasus kekerasan fisik di sekolah, kami tidak akan berikan toleransi lagi," ujar dia.
Keputusan itu diapresiasi Dinas Pendidikan Kota Tegal. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal Johardi mengatakan sanksi kepada siswa harus bisa memberikan efek jera.
Di samping itu, Dinas Pendidikan Kota Tegal telah membentuk tim khusus yang turun langsung guna mengantisipasi kekerasan fisik di sekolah. Tim khusus sweeping itu beranggotakan empat orang yang bertugas memeriksa dan menggeledah apapun perlengkapan yang dibawa siswa ke sekolah.
"Tim khusus sweeping sudah mulai bekerja, mereka akan ke sekolah-sekolah secara bergantian," tutur dia.
Sebelumnya, Aditya Riski Fauzi (15) siswa kelas X SMK Negeri 3 Kota Tegal terpaksa meninggalkan sekolah untuk menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Suradadi Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Ia mengalami luka serius di bagian perut akibat mendapatkan bogem mentah berulang kali dari 20 kakak kelasnya sendiri. Karena kalah jumlah dan dikeroyok, korban tersungkur. Pada Kamis, 3 November 2016, ia dilarikan ke RSUD Suradadi untuk mendapatkan penanganan medis.
Saat ini, kondisi Aditya mulai pulih setelah dirawat lebih dari lima hari di RSUD Suradadi Kabupaten Tegal.
20 Siswa SMK Penganiaya Adik Kelas Saat Jam Pelajaran Tak di-DO
Pihak SMK N 3 Tegal tidak akan menoleransi lagi jika kejadian penganiayaan serupa terulang.
Advertisement