Liputan6.com, Bandung - Kawasan Jalan Rancaekek perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kembali terendam banjir setelah diguyur hujan deras. Arus lalu lintas dari Bandung menuju Kabupaten Garut dan arah sebaliknya, mengalami kemacetan sepanjang lima kilometer akibat banjir tersebut.
Kepala Humas Basarnas Jawa Barat Joshua Banjarnahor mengatakan, pihaknya telah menurunkan dua tim untuk memantau serta mengantisipasi bencana banjir. "Kita turunkan dua tim untuk melakukan pemantauan dan bila mana ada yang membutuhkan pertolongan," ucap Joshua melalui pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Jumat (11/11/2016).
Baca Juga
Dia menjelaskan, kepadatan arus lalu lintas juga terjadi di wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang menuju Cileunyi, Kabupaten Bandung. Joshua menyarankan agar para pengendara bisa menggunakan jalan alternatif untuk menghindari kepadatan.
"Disarankan menggunakan jalur alternatif, apabila dari Garut bisa melewati Majalaya dan sebaliknya. Jatinangor menuju Cileunyi juga terpantau padat karena ada genangan air sebelum pertigaan Cileunyi. Banyak juga motor dan mobil yang mogok," tutur dia.
Advertisement
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sumedang Ayi Rusmana menuturkan, pihaknya telah menyiapkan beberapa alat medis dan perahu untuk mengantisipasi kenaikan tinggi air. Dia mengatakan, telah menginstruksikan anggotanya untuk bersiap di beberapa titik banjir di kawasan Jatinangor.
"Kita sudah siapkan tim untuk stand by di lokasi. Kita antisipasi apabila kondisinya memang harus melakukan evakuasi warga. Kita juga siapkan perahu dua unit dan satu river boat di sana. Sampai sekarang ketinggian air sekitar 30 cm lebih," Ayi menjelaskan.
Menurut Ayi, kali ini banjir yang terjadi telah berdampak lebih luas dibandingkan sebelumnya. Selain di Rancaekek, pihaknya pun bersiaga di titik lainnya di kawasan Jatinangor.
"Kita tetap stand by, karena di jalan yang biasanya tidak banjir sekarang jadi kena banjir juga seperti di Mekar Galih, Jalan Sayang, Cibeusi, dan Cimanggu," sebut Ayi.
Debit Saguling Tinggi, Puluhan Warga Diungsikan
Banjir juga terjadi di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Sebanyak 85 kepala keluarga di Kampung Cisameng, Desa Rajamandala Kulon, diungsikan karena tempat tinggalnya terkena luapan Sungai Citarum.
Luapan Sungai Citarum itu berasal dari Waduk Saguling yang sudah tidak bisa lagi menampung air, karena curah hujan yang cukup tinggi. Alhasil, salah satu pintu airnya harus dibuka agar tidak terjadi kerusakan di waduk tersebut.
Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Peanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB), Dicky Maulana, tinggi air di waduk yang dikelola oleh PT Indonesia Power itu telah mencapai 643,70 mdpl (meter di atas permukaan laut).
"Pihak Indonesia Power sudah menyampaikan informasi tentang kenaikan debit air dan mengimbau warga yang beraktivitas di sungai untuk waspada," ujar Dicky Maulana kepada Liputan6.com, Jumat (11/11/2016).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Peanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB), Dicky Maulana mengatakan, saat ini satu jembatan penghubung Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur, yaitu Jembatan Cisameng yang memiliki panjang jembatan 80 meter dan lebar enam meter sudah tertutup air.
Tingginya permukaan air di Waduk Saguling, kata Dicky, menyebabkan dua turbin ditutup karena sedang diperbaiki. Sehingga PT Indonesia Power membuka pintu spilway nomor 3 setinggi satu meter sesuai dengan standar operasional prosedur.
PT Indonesia Power sendiri telah menerbitkan surat resmi mengenai perihal dibukanya pintu air di Waduk Saguling kepada warga sekitar sejak kemarin. Namun, sampai saat ini Liputan6.com belum memperoleh konfirmasi dari General Manager PT Indonesia Power Hendres Wayen.
Sementara itu, Mamat salah seorang warga Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, mengatakan kondisi debit Saguling saat ini adalah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
"Sejak saya tinggal sekitar 10 tahun lalu, ketinggian debit Waduk Saguling saat ini adalah yang tertinggi," tutur Mamat saat dihubungi Liputan6.com via sambungan telepon, Jumat (11/11/2016) malam.
Lelaki yang rumahnya hanya berjarak 100 meter lebih dari bibir Waduk Saguling itu mengatakan pula, biasanya pengelola akan menerapkan langkah sesuai standar operasional dan prosedur (SOP) bila terjadi kenaikan debit air. "Langkah antisipasi seperti itu biasanya juga diinformasikan kepada warga sekitar," ia memungkasi.