Liputan6.com, Bandung - Banjir bandang yang menerjang sejumlah area di Kota Bandung secara bertubi-tubi menyebabkan kerugian miliaran rupiah. Meski begitu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menegaskan banjir tersebut belum bisa dikategorikan sebagai darurat bencana.
Saya enggak bisa bilang darurat banjir karena darurat itu harus ada pengungsi, ada air tidak surut. Ini banjirnya datang cepat, perginya cepat. Belum sampai ke level itu, tapi siaga darurat," ujar lelaki yang akrab disapa Emil itu saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Senin, 14 November 2016.
Orang nomor satu di Kota Bandung itu mengatakan banjir yang menerjang Kota Bandung juga menerjang daerah lain akibat cuaca ekstrem. Pihaknya juga bekerja keras agar bencana yang terjadi bisa ditanggulangi dengan cepat.
Ia menerangkan ada tiga tahapan upaya yang dilakukan dalam kepemimpinannya. Dalam jangka pendek, Pemkot Bandung menyiapkan dana untuk segera membangun gorong-gorong baru, memperbanyak pompa dengan tol air, dan memassalkan ribuan sumur resapan.
Baca Juga
"Jangka menengahnya ada empat lokasi untuk dibikin danau retensi di Babakan Jeruk, Sirnaraga, Gedebage, kemudian di Sarimas daerah Uber (Ujung Berung) supaya air yang berlimpah ini bisa diparkir dulu. Karena dengan cuaca ekstrem, airnya semua lewat jalur itu kadang-kadang tidak tertampung kapasitas," kata Emil.
Upaya terbaru adalah dengan membentuk lembaga koordinasi penanganan banjir untuk lima kabupaten/kota di cekungan Bandung Raya yang difasilitasi Pemprov Jawa Barat. Lima kabupaten itu meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang.
Terkait upaya itu memadai atau tidak, ia menyerahkan hasilnya pada evaluasi mendatang. Namun, ia memohon pekerjaan yang dilakukannya dalam menangani banjir bisa diapresiasi.
"Intinya mah yah Pemkot sebelum ini bekerja, saat ini bekerja dan akan terus bekerja. Apakah hasil kerjanya memadai atau tidak nanti kita evaluasi. Jadi mohon diapresiasi kita juga berupaya tidak tinggal diam," kata Emil.