Liputan6.com, Timika - Situasi sosial politik di Jakarta dinamis belakangan ini. Kasus penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berkembang menjadi isu panas terkait kebangsaan.
Aksi-aksi massa menuntut penuntasan kasus penistaan agama memicu aksi tandingan dengan mengusung semangat persatuan dan toleransi. Tak hanya aksi massa, perang opini kian memanas di media dan media sosial.
Tokoh masyarakat Mimika, Papua, Yosep Yopi Kilangin mengaku khawatir atas dinamika tersebut. Menurut dia, jika pihak-pihak tertentu memaksakan kehendak masing-masing, itu dapat berpotensi mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Advertisement
"Kita sekarang sedang memasuki sebuah fase kritis dalam kehidupan kita sebagai sebuah bangsa. Ini tantangan yang luar biasa besar, apakah kita mampu melewati ujian ini. Saya berharap para bapak-bapak bangsa bisa menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya," kata Yopi Kilangin di Timika, Jumat (25/11/2016), dilansir Antara.
Baca Juga
Yopi mengatakan, persoalan politik, ekonomi, sosial, hukum dan kemasyarakatan lainnya yang terjadi di DKI Jakarta belakangan ini menjadi rujukan bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
"Jakarta itu menjadi barometer atau patron. Apa yang terjadi di Jakarta sekarang, hal yang sama akan terjadi di daerah-daerah, tergantung situasi kondisi di daerah itu dominannya kalangan mana. Sebetulnya itu yang kita tidak harapkan," ujar dia.
Mantan Ketua DPRD Mimika periode 2004-2009 itu menegaskan, NKRI yang sudah merdeka lebih dari 70 tahun dibangun atas pengorbanan semua anak bangsa dari semua golongan, agama, dan suku.
"Kita bisa hidup sebagai satu bangsa karena adanya kesepakatan-kesepakatan semua tokoh dari berbagai latar belakang pada saat itu. Orang dari wilayah barat, wilayah tengah dan wilayah timur, dari semua suku, agama dan ras yang berbeda-beda bersepakat membentuk dan membangun Indonesia," ujar dia.
Jaga NKRI
Sehubungan dengan fakta sejarah itu, menurut Yopi, jika sekarang terdapat satu kelompok yang sangat dominan, bahkan sampai bertindak arogan maka hal itu potensial mengancam keutuhan bangsa dan negara.
"Nanti orang lain yang merasa bukan bagian dari kelompok yang sangat dominan, apalagi arogan itu merasa mereka bukan lagi menjadi bagian dari satu bangsa yang besar ini," kata Yopi, putra almarhum Mozes Kilangin, salah satu tokoh pejuang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat untuk berintegrasi ke NKRI.
"Kalau masalah ini tidak dikelola secara baik, bibit-bibit perpecahan akan muncul dimana-mana. Kita semua tidak menghendaki hal itu terjadi."
Yopi mengajak semua kalangan dan golongan bersama-sama membangun Indonesia menjunjung tinggi semangat toleransi, saling menerima, menghormati dan mengakui keberadaan masing-masing dalam satu keluarga besar Indonesia.
"Tidak boleh ada klaim sepihak bahwa karena mereka saja maka orang lain dari berbagai-bagai latar itu bergabung ikut-ikutan ke Indonesia. Tidak. Indonesia ini milik kita bersama," harap Yopi.
"Dulu memang ada banyak daerah yang sebetulnya sulit untuk bisa menerima kenyataan kita bisa bersatu. Janganlah kita kembali ke pandangan-pandangan sempit seperti itu."