Liputan6.com, Jambi - Ribuan burung migran mulai mendatangi pesisir timur Jambi, tepatnya di pantai timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Tanjabtim Heri Widodo mengatakan, daerah destinasi burung migran itu berada di Pantai Cemara, Kecamatan Sadu atau sekitar 195 kilometer dari Kota Jambi.
Menurut Heri, burung migran dari November hingga Maret singgah di Pantai Cemara. Ribuan burung ini memulai perjalanannya dari Siberia menuju Selandia Baru kemudian berlanjut ke Pantai Cemara. Dari pesisir timur Jambi kembali pulang ke Australia.
Advertisement
Heri mengatakan, keberadaan burung migran tersebut cukup banyak mengundang minat wisatawan datang ke Kabupaten Tanjabtim yang notabene adalah kampung halaman keluarga besar Gubernur Jambi, Zumi Zola.
"Apalagi lokasi Pantai Cemara dekat dengan Taman Nasional Berbak (TNB), jadi banyak destinasi wisata alamnya," ujar Heri dihubungi di Jambi, Sabtu (26/11/2016).
Untuk menuju Pantai Cemara, pengunjung terlebih dahulu melewati jalur darat dari Kota Jambi menuju Kecamatan Nipah Panjang di Kabupaten Tanjabtim. Setelah itu dilanjutkan melewati jalur air pantai timur menggunakan speedboat menuju Desa Air Hitam Laut. Dari desa ini baru menuju pantai Cemara menggunakan jalur air sepanjang kurang lebih 15 kilometer.
"Di Pantai Cemara juga banyak fasilitas penginapan, banyak warga membuka bisnis penginapan bagi pengunjung," kata Heri.
Cari Tempat Hangat
Kepala Balai Taman Nasional Berbak (TNB)Â Agustinus Rantelembang mengatakan, keberadaan burung migran yang singgah di Pantai Cemara sudah berlangsung puluhan tahun.
Dia mengatakan, biasanya burung migran itu datang ke kawasan Pantai Cemara untuk mencari tempat hangat yang banyak menyimpan makanan.
Beberapa jenis burung pantai yang bermigran di Pantai Cemara itu termasuk jenis burung yang dilindungi secara nasional dan internasional. Di antaranya seperti jenis trinil nordman, trinil-lumpur asia, gajahan timur dan lainnya.
"Pantai Cemara adalah pantai yang dilindungi sebagai kawasan ekosistem esensial. Jika tidak, bisa dirusak orang yang tidak bertangung jawab," kata Agus.
Â