Liputan6.com, Wonosobo - Meningkatnya curah hujan menimbulkan banjir dan longsor di beberapa tempat di Tanah Air. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan akan terus berlangsung hingga Maret 2017, sedangkan puncak hujan pada akhir Januari sampai awal Februari 2017 mendatang.
Menurut BMKG, cuaca ekstrem ini berpotensi meningkatkan banjir, longsor, dan puting beliung. Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, misalnya, bencana longsor kembali memakan korban.
"Hujan lebat memicu longsor di Desa Besani, Kecamatan Leksono, Wonosobo, pada Sabtu (26 November 2016) pukul 16.30 WIB. Tanah longsor menimpa rumah milik Muchsin (35) di Dusun Besani, Desa Besani, RT 06 RW 01, Keamatan Leksono. Longsor menimbun sebagian rumah dan seorang anak," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu (27/11/2016).
Advertisement
Baca Juga
Sutopo menjelaskan, korban ditemukan tewas atas nama Achmad Ubadillah Ghifari (7). Selain menewaskan sang bocah, longsor juga menimbulkan kerugian materi yang diperkirakan mencapai Rp 35 juta. Adapun petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo telah berada di lokasi untuk menyerahkan bantuan.
Menurut Sutopo, kondisi rumah berada di bawah lereng rawan longsor. Adapun sebanyak 40,9 juta warga Indonesia terpapar dari ancaman sedang hingga tinggi dari longsor. Saat musim hujan banyak kejadian longsor yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi.
Jembatan Ambruk
Di tempat lain, hujan lebat menyebabkan banjir yang menggerus fondasi jembatan hingga runtuh di Kali Sanggrahan di Dusun Wonorejo, Desa Karangsono, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Putusnya jembatan menyebabkan akses jalan menuju Desa Suru, Kecamatan Geyer dengan Desa Karangsono, terhambat. Sutopo menjelaskan, warga terpaksa harus menempuh jarak sekitar lima kilometer.
"Jembatan ambruk juga terjadi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Hujan yang berlangsung selama empat jam di Kecamatan Bawang pada Jumat, 26 November 2016, menyebabkan terputusnya Jembatan Kali Putih. Banjir juga membawa material lumpur terjadi di Dukuh Rejosari, Desa Pranten," Sutopo menambahkan.
Jembatan Kali Putih di Sungai Belo, Desa Deles, sepanjang delapan meter dan lebar empat meter runtuh, sehingga tidak bisa dilalui oleh masyarakat. Padahal, jembatan tersebut merupakan akses penghubung Dukuh Sidomulyo, Desa Deles dengan areal sawah ataupun ladang masyarakat. Nilai kerusakan sekitar Rp 500 juta.
Lebih jauh Sutopo mengatakan, banjir juga menyebabkan kerusakan saluran pipa air bersih Pamsimas Desa Soka, Kecamatan Bawang dengan kerusakan senilai Rp 30 juta.
"Kerusakan juga menimpa saluran irigasi Lerek pada bendung di bawah Jembatan Kali Arus, yang mengancam areal sawah seluas 100 hektare di Desa Pangempon dan Desa Soka, Kecamatan Bawang. Nilai kerusakan sebesar Rp. 100 juta," ujar Sutopo.
Sutopo pun mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung. Ancaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan.
Longsor Tutup Jalur Trenggalek-Ponorogo
Sementara di Jawa Timur, jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Trenggalek dengan Kabupaten Ponorogo di kilometer 16, Desa Nglinggis, Kabupaten Trenggalek, kembali tertutup material longsor. Alhasil, arus lalu lintas dari dua daerah itu macet total.
"Kemarin siang akses sudah bisa dibuka setelah terjadi longsor sebelumnya. Tapi sore kembali terputus karena terjadi longsor susulan," kata Irul, warga Trenggalek, Minggu (27/11/2016), seperti dilansir Antara.
Kendati tidak menimbulkan korban jiwa dan jauh dari permukiman, longsor yang telah terjadi kesekian kali di titik yang sama dalam dua pekan terakhir itu menyebabkan antrean kendaraan menumpuk dari dua arah.
Sebagian kendaraan akhirnya memilih jalur memutar dengan jarak tempuh lebih jauh atau melewati jalan-jalan desa yang terjal dan sulit karena longsor yang tak segera disingkirkan hingga kemarin malam bahkan Minggu pagi tadi.
"Pagi ini mungkin alat berat dikerahkan untuk menyingkirkan material longsor tersebut," kata Amin, polisi yang berjaga di ruas jalan longsor di Desa Nglinggis itu.
Kapolsek Tugu AKP Bambang Purwanto mengatakan saat ini anggotanya terus siaga memantau dan mengatur lalu lintas di jalur rawan longsor tersebut.
Dibantu jajaran koramil setempat, kata Bambang, polisi berjaga karena sejumlah warga nekat menyeberangi guguran material longsor meski kondisi tebing masih labil.
"BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dari awal terjadi longsor tidak ada dari mereka yang berjaga di sini," kata Bambang menyesalkan.
Ia menceritakan pada peristiwa longsor di titik yang sama sebelumnya ia terpaksa mengambil keputusan sepihak dengan memerintahkan operator alat berat untuk bertugas meski sedang libur karena BPBD tidak kunjung melakukan tindakan darurat penanggulangan bencana.
Saat ini, alat berat yang disiagakan ada tiga unit yang terdiri atas buldoser dan ekskavator. Namun, mereka hanya bisa melakukan tindakan pengerukan pada material longsor yang menutup badan jalan.
"Selama kondisi tebing tetap seperti itu dan tidak dilakukan penanganan di atas longsor masih akan terus terjadi," kata Supeni, warga setempat.
Longsor di jalur Trenggalek-Ponorogo terus-menerus terjadi, bahkan selama sepekan terakhir telah terjadi enam kali longsor berskala besar. Kondisi ini dipicu oleh kemiringan tebing yang ekstrim serta curah hujan yang cukup tinggi.