Liputan6.com, Yogyakarta - Empat kuliner asli Bantul dilombakan dalam Festival Kuliner Desa atau Kampung Wisata se-Daerah Istimewa Yogyakarta yang digelar di Desa Wisata Kalakijo, Guwosari, Pajangan, Kabupaten Bantul. Keempat menu tersebut adalah ayam ingkung, gudeg manggar, mi lethek, dan satai klathak.
"Empat menu itu dipilih karena merupakan kuliner yang paling banyak dicari wisatawan saat ke Jogja dan keempatnya adalah asli Bantul," ujar Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanto, Kamis, 24 November 2016.
Ayam ingkung berwujud ayam kampung utuh dengan santan kental yang diolah dengan cara diungkep di atas tungku selama empat jam. Penyajiannya dengan nasi uduk dan bisa digoreng atau basah alias direbus.
Adapun gudeg manggar bukan terbuat dari buah nangka muda, melainkan manggar atau putik bunga kelapa muda. Sedangkan mi lethek adalah mi berbahan dasar singkong dan warnanya kusam, sehingga diberi nama serupa.
Lethek dalam bahasa Jawa berarti kumal. Biasanya mi terbuat dari tepung terigu atau bihun berasal dari beras.
Baca Juga
Advertisement
Satai klathak merupakan satai kambing yang dibakar dengan tusuk jeruji sepeda dan disantap menggunakan kuah kare yang rasanya menyerupai gulai. Menurut Aris, kuliner dapat mendukung iklim pariwisata di DIY.
Kegiatan rutin tahunan yang sudah diadakan tiga kali itu diikuti 40 kelompok dari desa wisata se-DIY. Para juri berasal dari pejabat instansi terkait, akademisi, serta praktisi.
"Setiap kategori menu diikuti 10 kelompok," kata dia.
Setelah berjalan mengunjungi tempat wisata atau belanja kerajinan, wisatawan cenderung lapar dan mencari makanan khas daerah yang sedang dikunjungi. Ia juga beranggapan Bantul sebagai sentra kuliner DIY karena hampir semua menu yang dicari wisatawan berasal dari Bantul.
Kabid Pengembangan Kapasitas Dinas Pariwisata DIY Setyawan K E menilai gaung kuliner ayam ingkung dan mi lethek baru terdengar di skala nasional. Berbeda dengan gudeg yang sudah merambah luar negeri melalui ekspor.
Ia mengakui kendala pengiriman ayam ingkung ke luar negeri adalah bahan racikan yang digunakan belum bisa bertahan lama, padahal wisatawan asing menyukai menu yang segar.
"Gudeg bisa diproses tahan lama tanpa pengawet, seharusnya ayam ingkung dan mie lethek juga bisa begitu," ucap Setyawan.