Liputan6.com, Dumai - Sertu Bayu Sadeli Putra, salah satu awak helikopter Bell 421 EP, akhirnya ditemukan tewas setelah burung besi yang dinaikinya itu jatuh di Kalimantan Utara. Dia merupakan prajurit TNI AD yang berasal dari Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Kota, Kota Dumai, Riau.
Sebelum berangkat menaiki heli milik TNI AD bersama awak lainnya, Lettu Yohanes, Lettu Ginasa, Praka Suyanto, dan Lettu Absi (selamat), Bayu sempat berkomunikasi dengan ibundanya, Delima, melalui telepon seluler atau ponsel.
Delima menyebut memang jarang berkomunikasi dengan anaknya itu. Bukan karena lupa terhadap orangtua, melainkan lantaran Bayu memang disibukkan dengan tugasnya sebagai prajurit negara.
"Inilah sempat Bayu ngomong, menghubungi," ucap Delima, Senin, 28 November 2016, di kediamannya Gang Pusaka, Jalan Bintan, Kelurahan Sukajadi, Kota Dumai, saat menceritakan komunikasi terakhir dengan anaknya itu.
Advertisement
Baca Juga
Atas kejadian ini, istri dari Nurbai Tanjung berharap TNI memperhatikan nasib dari istri dan dua anak yang ditinggalkan Bayu karena menjalankan tugas negara.
"Pendidikan kedua anaknya semoga diperhatikan sama TNI AD hingga ke perguruan tinggi," kata Delima.
Delima menceritakan, Bayu meninggalkan istri bernama Rahmawita Dewi dan dua anak, Bara Alimsyah dan Artarsyah.
Sertu Bayu merupakan prajurit di Satuan Penerbang Angkatan Darat sebagai mekanik. Dia terbang bersama Lettu Yohanes, Lettu Ginasa, Praka Suyanto dan Lettu Abdi (selamat) pada Kamis, 24 November lalu.
Helikopter Bell 412 milik TNI AD itu jatuh di hutan pegunungan sekitar lima kilometer dari Desa Long Sulit, Kecamatan Krayan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Satu orang korban ditemukan selamat pada Minggu, 27 November 2016. Tiga orang ditemukan gugur pada Senin siang, 28 November 2016, sedangkan satu lagi masih dalam proses pencarian tim SAR gabungan.
Heli TNIÂ AD yang sedang dalam misi membawa logistik untuk anggota TNI di perbatasan negara tersebut diketahui hendak menuju Long Bawan, Nunukan, dari Kota Tarakan.