Liputan6.com, Surabaya - Tiga tim yang tergabung dalam Barunastra Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan mengikuti Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2016. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya kali ini menjadi tuan rumah kontes tersebut.
Menurut Direktur Kemahasiswaan ITS Darmaji saat ditemui Liputan6.com di Kolam 8 Kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur, ITS akan ikut serta dalam tiga kategori yang akan berlangsung pada 29 November-1 Desember 2016.
"Kami mengikuti kategori Kapal Kendali Otomatis (Autonomous Surface Vehicle/ASV), Kapal Cepat Listrik dengan Sistem Kendali Jauh (Electric Remote Control/ERC), dan Kapal Cepat Berbahan Bakar dengan Sistem Kendali Jauh (Fuel Engine Remote Control/FERC)," ucap Darmaji di Surabaya, Senin, 28 November 2016.
Baca Juga
Darmaji menambahkan, tim Barunastra perancang kapal tanpa awak itu merupakan gabungan dari beberapa jurusan. Tiga tim yang akan berlaga dalam kontes ini, yakni Nala V, Hydros, dan Astramaya Evo.
"Kali pertama ini, kami ikutkan boat yang memang baru pertama kali, yakni kapal cepat dengan bahan bakar pertamax. Fuel engine remote," ujar Darmaji saat mencoba motor boat buatan mereka di Kolam 8 Kampus ITS, Surabaya.
Sebagai ketua kapal kendali otomatis terpilih mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan Muhamad Galih Gafara. Ia menerangkan dua kapal yang dipersiapkan untuk kontes tersebut.
Advertisement
"Untuk Kapal Astro Maya Evo ini termasuk kategori kapal cepat listrik dengan kendali jarak jauh, dan kapal Nala V kategori kapal cepat kendali otomatis atau autonomous," ujar pria asal Batam ini.
Juara 3 di AS
Pria penghobi futsal itu mengaku kapal kendali otomatis buatan timnya pernah meraih juara III di Virginia, Amerika Serikat. "Kali ini hanya di perangkatnya programnya saja yang beda. Sekarang programnya pakai laptop, sementara yang lalu kami menang masih menggunakan smartphone. Tapi intinya sama," kata dia.
Kapal autonomous itu memiliki spesifikasi panjang mencapai 117 cm dengan berat 9 kg dengan kecepatannya bisa mencapai 7 knots di atas permukaan air. Galih menerangkan, baik kapal Hydros maupun Astro dikendalikan remote control dengan lintasan sejauh 50 meter.
"Memang lintasannya di sini kami sesuaikan dengan lintasan saat adu kecepatan waktu dengan manuver yang ditandai bola-bola mengapung. Dan, ini yang dinilai waktunya, dan bagaimana manuver-manuver yang dilakukan melanggar bola-bola apung tersebut atau tidak," tutur Galih kepada Liputan6.com.
Untuk kapal autonomous, lintasan yang disediakan sepanjang 16 meter lalu memutar balik. "Kapal hanya dipandu citra gambar lewat laptop yang sudah diprogram. Juga ada poin khusus yang dinilai dari gerakan ketika membelok," kata Gafara, sapaan akrab pria ini.
Kapal autonomous, Galih menerangkan, biasanya berfungsi sebagai kapal pengintai yang berguna untuk mitigasi bencana dan penyapu ranjau. "Bisa juga melakukan eksplorasi pengamanan."
Sementara itu, kapal Hydros merupakan kapal pertama kali diikutsertakan dalam Roboboat tahun ini. Kapal yang lolos fuel engine ini menghabiskan dana hingga mencapai sekitar Rp 9 juta dalam pembuatannya.
"Kami belum pernah coba di lintasan air untuk Hydros. kendalanya ada di riset seperti dari segi halnya power, RPM, kami masih harus seimbangkan," ujar Aryo Tri Setya Nugraha, mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS-ITS) yang bertugas sebagai mekanik.
Desain Hydros saat ini adalah V-hull dan stepped hull. Sedangkan Astramaya Evo mengambil desain lambung yang lebar agar kecepatan tetap stabil yang bisa mencapai 80 kilometer per jam.
"Desain ini masih jarang ada yang pakai. Kita bikin saluran angin di depannya, sehingga bisa mengecilkan hambatan juga," tutur Aryo mahasiswa yang bertindak sebagai mekanik.
"Tipe deep V chine hull, bentuk depannya itu V, jadi kalau buat manuver itu enak," Rizal Fawzi, Ketua Tim Astramaya Evo memungkasi.