Liputan6.com, Palembang – Setelah menemui dan mewawancarai ibu ‘Arie Hanggara’ Palembang, Sisca Nopriana (23), di Polresta Palembang beberapa waktu lalu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Indonesia akan mengirimkan tim psikologi ke Palembang, Sumatera Selatan.
Menurut Ketua Komnas PA Indonesia Arist Merdeka Siregar, pihaknya akan mengirimkan Tim Komisioner Bidang Psikologi Keluarga pada awal Desember mendatang.
"Langkah ini untuk membantu penyidikan Polresta Palembang. Tim yang akan dikirim Komnas PA Indonesia dipimpin oleh Elizabeth T Santoso dan Imaculata Sabilila untuk melakukan tes psikologi," ujar Arist kepada Liputan6.com, Selasa (29/11/2016).
Tidak hanya itu saja, Arist menjelaskan, pihaknya juga akan mengoordinasikan kasus ini dengan penyidik dari Polri dan Polresta Palembang untuk mendapatkan data yang akurat.
Menurut dia, beberapa tes psikologi yang diberikan tersangka SK (23) akan sangat membantu dalam penyidikan. Utamanya untuk melengkapi hasil tes psikologi yang dilakukan pihak Polresta Palembang kepada tersangka.
"Saya kira masing-masing psikolog ada baiknya saling melengkapi dan saling mendukung," ujar SK.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, SK menjalani tahap pertama tes psikologi di Rumah Sakit Bhayangkara, Palembang, pada Senin siang, 28 November 2016. Tersangka pembunuh anak kandungnya tersebut mengikuti beberapa tes, di antaranya wawancara klinis dan instrumen pemeriksaan psikologis tersangka.
"Hasil wawancara dan pemeriksaan psikologis tersangka akan digunakan untuk bahan penyidikan. Tersangka juga menceritakan tentang kehidupan sehari-harinya hingga akhirnya melakukan penganiayaan terhadap BR," ujar Syarkoni, psikolog RS Bayangkara Palembang.
Tersangka mengungkapkan suaminya sudah menjatuhkan talak tiga dan resmi bercerai pada 2014 lalu. Selama dua tahun berpisah, sang anak ikut bersama sang suami. SK juga tidak banyak turut campur dalam membesarkan anaknya selama mereka bercerai.
Karena SK dan suami sering berkomunikasi, mereka lalu memutuskan untuk rujuk dan menikah kedua kalinya. Awalnya, mereka tinggal di Tangerang, Banten. Kemungkinan karena ingin dekat dengan keluarganya, SK dan suaminya akhirnya hijrah ke Palembang.
Namun, pernikahan kedua yang dijalani keduanya tak juga meredakan pertengkaran. Mereka sering adu mulut yang dilatarbelakangi faktor ekonomi.
"Suaminya sering menyalahkan SK karena tak bisa mengurus anak. Sang anak juga sering rewel, akhirnya membuat SK sakit hati dan melampiaskan kemarahan ke anak. Tindakan itu dilakukannya karena bentuk kekesalannya terhadap anak dan suami," ucap Syarkoni.
Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Marully Pardede menambahkan tes psikologis ini untuk memperjelas apa motif pembunuhan bocah bernama Bryan Aditya Fadhillah. "Sehingga, kami bisa memastikan motif dari tersangka yang melakukan pembunuhan anaknya dengan cara ditendang," ujar Maruly.