Liputan6.com, Pekanbaru - Karamnya kapal cepat (speedboat) Gertiga Express dari Tanjung Batu, Kabupaten Tanjung Balai Karimun menuju Kabupaten Pelalawan, Riau melewati perairan Teluk Meranti antara Sungai Turip dan Tanjung Bebayang, ternyata lantaran dihantam ombak Bono.
Ombak langka di dunia itu disebabkan pertemuan beberapa anak Sungai Kampar yang berhulu langsung ke laut. Jika air pasang, gelombang laut masuk ke sungai dan membuat ombak yang tinggi.
Menurut Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo, kapal nahas itu melintas di perairan tersebut, Rabu, 30 November 2016, sekitar pukul 11.30 WIB. Saat bersamaan, muncul ombak Bono yang posisinya berdekatan dengan kapal tersebut.
"Kemudian, H Syauti selaku kapten kapal mencoba mengikuti arah arus gelombang. Kemudian, dia mempercepat laju kapal dengan tujuan menerobos gelombang tersebut," kata mantan Kapolres Pelalawan yang pernah menyaksikan ombak ini.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Polres Pelalawan, ujar Guntur, keputusan kapten menerobos ombak tidak tepat. Akibatnya, kapal cepat tidak stabil dan langsung terbalik.
"Masyarakat yang mengetahui kejadian ini, bersama kepolisian langsung mengevakuasi penumpang, kapten dan anak buah kapal," kata Guntur.
Menurut Guntur, 22 penumpang sudah berhasil ditemukan dalam keadaan selamat. Sisanya ada yang ditemukan meninggal dunia, sementara dua lagi dinyatakan hilang dan masih terus dicari.
Penumpang yang belum ditemukan adalah Nur (34) dan Abdul Fayat (11). Penumpang selamat masih didata dan yang dinyatakan meninggal dunia dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Identitas penumpang yang selamat adalah Sudirman Toni Horman, Evi, Azmi, Haryono, Bernard Nainggolan, Usman, Karman, Jamri, Mangip Sinaga, Sarifin, Hasanah, Muhammad Fauzan, Rahman, Pendi, Safaruddin dan Rupika Sulastri," ujar Guntur.
Pengakuan warga sekitar, lanjut Guntur, lokasi tersebut memang rawan terjadi kecelakaan perairan karena selalu muncul ombak Bono yang besar.
Menurut data dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Riau, Ombak Bono terjadi akibat pertemuan arus sungai dan laut yang terjadi di Muara Sungai Kampar, Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Ombak ini berjumlah tujuh buah yang membentuk gelombang secara terus-menerus.
Lokasi ini menyimpan banyak kisah misteri dan sudah jadi buah bibir masyarakat yang bermukim di sana secara turun-temurun.