Sukses

Rahasia Wedang Ronde Mbah Paiyem Pikat Lidah Presiden Soeharto

Mbah Paiyem berjualan wedang ronde sebelum PKI ada.

Liputan6.com, Yogyakarta - Menyambut malam di Kota Pelajar tak lengkap tanpa menikmati wedang ronde. Minuman ini dipercaya mampu mengusir dingin, terutama saat hujan turun di malam hari.

Salah satu penjual wedang ronde di Yogyakarta ada di pinggir trotoar Jalan Kauman, Kota Yogyakarta. Wedang ronde buatannya tak banyak berbeda dengan wedang ronde biasanya. Yang menjadikannya menarik adalah kisah penjualnya yang kini berusia 85 tahun bernama Paiyem Karsowiyono.

Di bawah terpal kecil berwarna coklat berukuran sekitar 2 meter x 2 meter, ia setia menunggu pembeli. Pencahayaan sederhana dari lampu teplok menunjukkan wedang ronde yang jadul.

"Pertama kali berjualan wedang ronde sebelum tahun 1965. Sebelum PKI, saya sudah jualan ronde sama kacang rebus," kata Mbah Paiyem, Minggu, 4 Desember 2016.

Paiyem menuturkan, ia sempat berpindah-pindah tempat jualan bersama sang suami sebelum menetap di Jalan Kauman. Pertama kali, ia berjualan di sekitar Ngampilan lalu pindah ke Pasar Ngasem hingga berakhir di Jalan Kauman.

Ia pun ingat harga ronde yang dijualnya pertama kali yakni Rp 1.500 hingga sekarang menjadi Rp 5.000. "Saya lama juga di sini tapi saya lupa kapannya," ujar dia.

Paiyem mengatakan ronde buatannya memang berbeda dengan yang lainnya karena tidak memakai bahan pengawet. Ia juga mengolah sendiri bahan ronde, mulai menumbuk sendiri ketan hingga halus dan membentuknya bulat-bulat.

Pengolahan itu dilakukan sejak pukul 2 siang. "Tidak beli tepung jadi, karena nanti rasanya beda. Ya numbuk sendiri ketannya untuk rondenya, jahenya juga saya bakar sendiri," tutur dia.

Kualitas yang selalu dijaganya itu membuat Presiden ke-2 RI Soeharto waktu itu menyukai ronde bikinannya. Ia bahkan rutin dipanggil datang ke Istana Negara Gedung Agung untuk menyajikan ronde buatannya.

2 dari 2 halaman

Langganan Presiden Soeharto

Saat itu, seorang ajudan Presiden Suharto datang memintanya ke Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta. Presiden Soeharto waktu itu sedang di Yogyakarta dan ingin menikmati wedang ronde buatannya.

"Ya seneng, bangga wedang ronde sampai ke istana," ucap nenek 11 cucu itu.

Paiyem mengatakan undangan ke istana itu juga datang saat Presiden Soeharto hendak menjamu tamu negara di Yogya. Tidak hanya istana negara, wedang ronde buatannya juga pernah menjadi santapan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat saat acara pernikahan salah satu Putri Sri Sultan HB X. Selain itu, wedang ronde buatannya juga sering diminta di acara-acara pernikahan.

"Saya yang buat, kalo yang melayani dan menyerahkan ke Pak Suharto, ya ajudannya. Kalau ada tamu negara juga sering diundang ke istana," kata Paiyem.

Setiap hari, Paiyem kini hanya membuat rata-rata sekitar 200 porsi dengan dibantu salah satu anak yang berjualan di Jalan Kauman, Yogya. Hal ini karena faktor usia yang sudah menua. Anaknya membantu mendorong gerobaknya dari rumah di Kadipaten Kulon menuju ke Jalan Kauman sekaligus memasangkan terpal.

"Anak saya yang ke-6 yang bantu saya dorong gerobak. Setelah itu pulang nemani cucu belajar, yang jualan saya," ujar nenek dengan dua orang cicit.

Paiyem mengaku akan terus berjualan wedang ronde hingga tidak sanggup lagi. Wedang ronde buatannya sudah menjadi bagian dari kehidupannya kini. Ia setia melayani pembeli mulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB.

"Biasanya tutup jam 12 malam, tapi seringnya jam 9 malam sudah habis. Kalau masih ya jualan," tutur Paiyem.