Liputan6.com, Makassar - Di tengah guyuran hujan, kakak beradik Siti Mardiah (11) dan Nur Aisyah (10) menjajakan kacang rebus di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka melakoni itu demi biaya pulang kampung ke Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Kakak beradik itu hanya berbekal baskom kecil berisi kacang rebus dan kaleng susu bekas sebagai takaran. Serta, topi sebagai alas kepala dari guyuran hujan.
Mardiah mengaku sudah empat bulan berjualan kacang rebus keliling Kota Makassar. Ia dan sang adik berharap keuntungan berjualan kacang rebus cukup untuk membeli tiket kapal Pelni ke kampung halaman mereka di Probolinggo.
"Hasilnya untuk dikumpul sebagai ongkos tiket pulang ke Probolinggo bersama nenek yang ngontrak rumah di Lorong 148, Jalan Tinumbu," ucap Mardiah saat ditemui Liputan6.com di salah satu kedai kopi Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Senin, 5 Desember 2016.
Baca Juga
Mardiah bersama adiknya diboyong sang nenek, Sumiati, ke Makassar sejak September lalu. Sebab, keduanya putus belajar dari sekolah dasar di Kabupaten Probolinggo.
"Bapak saya Slamet Subur buruh bangunan, dan ibu saya Suciani hanya jaga adik kecil di rumah. Kami berdua putus sekolah di salah satu SD inpres di Kabupaten Probolinggo," Mardiah menjelaskan.
Kendati demikian, Mardiah dan Nur Aisyah mengaku senang jualan kacang rebus keliling karena pembelinya rata-rata membayar lebih.
"Orang Makassar baik-baik, dari hasil jualan per hari bisa mengumpulkan Rp 100 ribu, bahkan Rp 150 ribu karena dikasih lebih oleh pengunjung kedai kopi," Mardiah menerangkan.
Safril, salah satu pengunjung kedai kopi Buana di Jalan Urip Sumoharjo mengaku kagum dengan perjuangan Mardiah dan Nur Aisyah.
"Hampir setiap hari kakak beradik itu jualan kacang di sini. Dan tak jarang saya kasih lebih karena memang iba dan prihatin nasib pendidikan kedua anak itu yang sudah putus sekolah," warga Makassar itu memungkasi.
Advertisement