Liputan6.com, Denpasar - Pak Ogah datang lagi setelah berpamitan pada 21 September 2016. Pria sederhana dengan topi kupluk lusuh dan kacamata sangat lekat di hati masyarakat Denpasar, Bali itu kembali menyiapkan berliter-liter bensin gratis dalam botol.
Bensin itu diletakkan di pojok kiri lampu merah simpang empat Jalan Teuku Umar, Denpasar. Sambil menunggui, ia berceloteh menggunakan megaphone tentang alasannya kembali ke Bali.
"Saya tidak bisa melupakan Bali. Saya ingin mengabdikan diri lagi untuk membantu kerja polisi di Bali," kata Pak Ogah, beberapa waktu lalu.
Namun, ada yang berbeda dengan kembalinya Pak Ogah ke simpang empat Denpasar. Perbedaan itu terletak dalam tulisan berwarna putih di papan bercat hitam.
Deretan kalimat pembuka tak banyak berbeda, tapi yang menggelitik adalah dua kalimat tambahan yang berada di paling bawah. Kalimat itu berbunyi, 'Gak mogok tapi tetep ambil : maling + bakat calon koruptor'.
Baca Juga
Ia belajar dari praktik niat baiknya yang disalahgunakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Contohnya adalah pengendara yang berpura-pura mendorong kendaraan lalu mengambil bensin yang disediakan Pak Ogah, padahal bensin mereka masih ada dan sedang tidak mogok.
Pak Ogah mengetahui praktik culas itu setelah yang bersangkutan seringkali mogok melewati tempatnya menaruh bensin gratis. Meski tahu, Pak Ogah tidak langsung marah-marah.
Tak hanya itu, belum satu bulan Pak Ogah hadir lagi di Bali, dirinya sudah menambal beberapa jalanan berlubang di sekitar Jalan Imam Bonjol. Tetapi, niat baik Pak Ogah selalu mendapat tantangan berat.
Belum selesai dirinya menambal jalanan berlubang itu, ada saja pengendara yang sengaja melintas hingga merusak tambalan tersebut. Namun, dengan tetap sambil tersenyum, Pak Ogah Kembali memperbaikinya.
Begitulah Pak Ogah, meski dengan biaya sendiri ia ikhlas melakukannya. Tujuannya satu, memberi kenyamanan lalu lintas bagi pengendara.
Bagi Pak Ogah, infrastruktur merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam hubungan lintas sektoral. Pak Ogah mengambil peran itu tanpa pamrih yang menurutnya adalah falsafah hidupnya.