Liputan6.com, Nagan Raya, Aceh - Di tengah penanganan korban gempa Aceh di Kabupaten Pidie Jaya, bencana alam kembali menerpa Tanah Rencong. Kali ini, semburan gas dari perut bumi merusak konstruksi bangunan rumah warga sekitar permukiman Desa Kubu, Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh.
Namun, menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Nagan Raya, Samsul Kamal, sejauh ini belum diketahui gas yang keluar dari semburan lumpur itu beracun atau tidak. Sebab, belum dilakukan pemeriksaan secara teknis.
"Yang keluar itu gas liar, bisa ditemukan di bekas rawa-rawa dan endapan kayu, kami sudah sterilkan lokasi. Belum kita ketahui apakah berbahaya atau tidak, masih menanti tim dari Provinsi Aceh turun membawa alat detektor gas," ucap dia di Nagan Raya, Aceh, Senin (12/12/2016), seperti dilansir Antara.
Semburan gas tersebut awalnya ditemukan pekerja penggali sumur bor pada Minggu, 11 Desember 2016. Pekerja yang melihat keanehan itu kemudian menghentikan aktivitas untuk sejenak. Hanya berselang sekitar satu jam, semburan lumpur keluar menyemprot sekitar 20 meter.
Baca Juga
Menurut analisis Distamben, semburan gas liar itu bisa ditemukan di kawasan setempat atau di mana pun. Seperti yang dialami oleh pekerja galian sumur bor itu menemukan tenaga dorongan gas pada kedalaman sekitar 40 meter dalam perut bumi.
Samsul Kamal menjelaskan, semburan air, pasir bersama lumpur tersebut hanya terjadi sekitar 1,5 jam langsung berhenti. Selanjutnya, hanya berjarak sekitar 30 meter dari lokasi tersebut ditemukan pula satu lubang yang mengeluarkan semburan pada Senin ini.
"Tadi juga kami menemukan satu lubang lagi yang mengeluarkan semburan seperti itu pada bekas galian lama, jarak sekitar 30 meter dari lokasi temuan kemarin. Keluar juga semburan air, pasir, lumpur dan tekanannya sudah lumayan besar," Samsul menjelaskan.
Bukan Semburan Gas Pertama
Semburan gas, air, pasir dan lumpur di Nagan Raya, Aceh itu bukanlah kejadian yang pertama. Beberapa tahun lalu juga pernah muncul semburan gas di salah satu rumah warga yang juga secara geografis berada di daerah bekas rawa-rawa.
Lebih jauh Samsul mengatakan, temuan pekerja penggalian sumur bor itu masih sangat dangkal. Yakni, hanya menggunakan lima batang pipa berukuran panjang lima meter menusuk perut bumi atau di kedalaman sekitar 40 meter dari permukaan tanah.
Sebab itu, imbuh dia, bila ada endapan galian liar, maka secara langsung akan menyentuh pipa dan mengeluarkan tekanan kuat ke atas. Alhasil, menyemburkan apa pun dari dasar tanah, terutama air, pasir dan lumpur dengan tekanan lumayan besar.
"Kami melihat sumber gas itu memang ada, cuma potensinya tidak cukup kalau untuk dikelola sebagai sumber energi skala industri. Rumah rusak itu benar dan sebenarnya cuma konstruksi teras rumah, ketika semburan keluar kemarin," Kepala Distamben Nagan Raya, Aceh itu memungkasi.
Advertisement