Liputan6.com, Padang - Dalam sepekan terakhir, warna air Danau Singkarak, Sumatera Barat (Sumbar), berubah menjadi keruh kehitaman. Fenomena ini berawal pada Minggu lalu, yang terlihat masyarakat pinggir danau di kawasan Malalo, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar.
"Awalnya hanya di satu titik (Malalo)," ucap Rangkayo Panduko (58), warga setempat, kepada Liputan6.com, Jumat (16/12/2016).
Kondisi ini, menurut dia, menyebar menyeluruh ke sejumlah permukaan danau yang luasnya mencapai 107,8 kilometer persegi, hingga hari kelima. Hanya saja, warnanya tidak sepekat saat fenomena ini terjadi di Malalo.
Masyarakat menduga fenomena ini dipicu akibat gempa berkekuatan 6,5 skala Richter yang mengguncang Pidie Jaya, Aceh, pada 7 Desember 2016.
Menurut warga, hal serupa juga terjadi pada saat gempa mengguncang Aceh pada Desember 2004. Namun, ada juga warga yang menduga perubahan warna air Danau Singkarak karena adanya aktivitas vulkanik di dasar danau.
Adapun Ketua Ikatan Ahli Geologi Sumatera Barat Ade Edward meyakini fenomena perubahan warna air permukaan Danau Singkarak tidak ada hubungannya dengan kegiatan vulkanik (gunung api).
"Singkarak berbeda dengan Maninjau. Danau Singkarak terjadi akibat peristiwa tektonik, bukan vulkanik," kata Ade Edward kepada Liputan6.com, Jumat ini.
Advertisement
Menurut Ade, dugaan perubahan air di danau akibat aktivitas tektonik di kawasan tersebut juga terpatahkan karena pada 2007 hal itu tidak terjadi. "Gempa 2007 di Sumbar lebih kuat di kawasan Singkarak, tapi tidak ada perubahan warna air danau," ujar Ade.
Baca Juga
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang mencatat, hari kedua pascagempa 6 Maret 2007, sebanyak 226 kali gempa terjadi pada saat itu. USGS mencatat, kekuatan dua gempa yang dirasakan hingga Singapura dan Malaysia itu sebesar 6,4 SR dan 6,3 SR, hanya berselang dua jam, pada kedalaman 30 kilometer.
BMKG belum lama ini mencatat, tiga gempa berkekuatan 5,8 SR dalam dua jam dengan pusat gempa 19 km arah selatan Bukittinggi dan kawasan Batusangkar (Tanah Datar). "Jadi, tidak ada hubungannya dengan gempa Aceh," ujar dia.
Namun, perubahan warna air danau menjadi keruh ini mengakibatkan ikan-ikan di Danau Singarak terangkat ke permukaan. Menurut Ade, ikan-ikan tersebut layak dikonsumsi karena tidak ada pengaruh racun pakan makanan yang mengendap di dasar danau.
"Ini semacam panen raya, layak dikonsumsi, karena ikan-ikan tersebut hanya mabuk begitu sampai di permukaan akan normal kembali karena mendapat oksigen," Ketua Ikatan Ahli Geologi Sumbar itu memungkasi.