Sukses

5 Aksi 'Gila' Sang Prajurit, Terima Kasih Kopral Bagyo

Kopral Bagyo tak hanya kuat fisiknya, tapi juga patriotisme dan idealisme. Terima kasih kopral.

Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat Kopral Bagyo? Pemilik nama lengkap Partika Subagyo, anggota TNI Detasemen Polisi Militer (Denpom) IV/4 Solo itu, kerap melakukan aksi-aksi ekstrem dan nyentrik yang menyita perhatian khalayak luas.

Kopral ini memang terkenal kuat. Beragam prestasi ditorehkannya sejak mengabdi di TNI pada 1983 lalu. Pada 2006, ia memecahkan rekor MURI dengan melakukan push up 9.260 kali selama 24 jam. Aksi itu sebagai peringatan Hari Juang.

Lalu pada 2012, ia melakukan koprol 1.046 di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Dia juga berlari 24 jam mengitari Pura Mangkunegaran.

Belum lama, Kopral Bagyo tercatat pernah aksi koprol di Jakarta dan Solo. Aksi-aksinya byukan sekadar mencari sensasi, tapi mengusung pesan mulia.

Pamit Pensiun

Sebagai selebrasi pensiunnya dari dinas ketentaraan per 14 Desember 2016, Kopral Bagyo melakukan aksi 1412 Gerakan Ngawal Kopral Pensiun.

"Mulai 14 Desember, saya sudah pensiun. Saya tetap bangga meski memasuki pensiun hanya berpangkat kopral," kata Kopral Bagyo, Kamis, 15 Desember 2016.

Aksi pamitan berjalan semakin semarak saat ia di depan markas Denpom IV/4 Surakarta membawa papan berukuran 5 cm x 10 cm bertuliskan Aksi 1412 Gerakan Ngawal Kopral Pensiun. Tukang becak, warga, dan pedagang ikut memeriahkan acara pensiunan itu.

"Saya hanya berpesan kepada seluruh anggota TNI untuk menjahui narkoba yang kini menjadi musuh bersama. Lindungi masyarakat dan sayangilah keluarga," ucap Kopral Bagyo. Berikut ini sebagian aksi-aksi nyentrik sang kopral.

 

2 dari 5 halaman

Operasi Tanda Tanya

Istilah OTT biasanya merujuk aksi penegak hukum melakukan operasi tangkap tangan pelaku korupsi dengan bukti uang suap atau uang korupsi. Akan tetapi, aksi OTT kali ini bukan berhubungan dengan korupsi.

Kopral Bagyo menginisiasi aksi OTT yang berbeda. Kali ini OTT kependekan Operasi Tanda Tanya. Sasarannya adalah tukang becak atau pengunjung Pasar Gede Solo pada Selasa 29 November 2016.

Mula-mula, Kopral Bagyo bersama para satpam pasar merazia orang-orang di sekitar Pasar Gede. Setelah dirazia, belasan orang ini dipanggil satu per satu untuk menghafalkan Pancasila. Utamanya sila ketiga Persatuan Indonesia.

Kopral Bagyo menjelaskan sengaja menitikberatkan pada amalan sila ketiga tentang Persatuan Indonesia. Dengan semangat Persatuan Indonesia diharapkan tidak ada perpecahan NKRI, terlebih menjelang aksi 2 Desember 2016.

"Dengan adanya aksi 212, kami ingin tetap menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Jangan tercerai berai karena perbedaan. Kami harapkan bisa aman dan rukun. Berangkat aman, pulang aman," kata Kopral Bagyo.

Usai melakoni aksi ini, ia menggelar semacam pesta kecil. Kopral Bagyo menyediakan makanan tradisional berupa cenil. Dalam hitungan menit, makanan tradisional itu pun ludes.

Salah satu korban OTT Sunaryo, seorang penarik becak di Pasar Gede mengaku kaget dengan aksi ini. Saat ditangkap Kopral Bagyo, ia tiba-tiba diminta untuk membaca Pancasila.

"Saya tidak tahu jika 'penangkapan' ini disuruh untuk membaca Pancasila. Tapi saya senang dengan aksi OTT ini, untuk menguatkan kerukunan," kata Sunaryo.

3 dari 5 halaman

Koprol Keliling Stadion Manahan

Kopral Bagyo sangat menaruh perhatian pada bahaya narkoba, terutama ancamannya ke kalangan tentara. Dia pernah menghebohkan Solo dengan kampanye anti-narkoba di Plaza Stadion Manahan Solo, pada 24 Februari 2016..

Sebelum melakukan orasi dia melakukan aksi jungkir balik atau koprol mengelilingi kolam. Kopral Bagyo mengenakan baret khas anggota Polisi Militer serta kaos sport lengkap dengan celana doreng dan sepatu PDL. Selanjutnya dia mencebur ke kolam.

Di dalam kolam, ia berdiri sembari mengibarkan bendera Merah Putih serta mengangkat tinggi dua papan poster bertuliskan "Bila prajurit TNI-Polri bernarkoba dan LGBT maka tinggal nunggu waktu hancurnya NKRI' dan 'Tingkatkan Bintal (pembinaan mental) hindarkan TNI-Polri dari narkoba dan LGBT'.

Keluar dari kolam, Kopral Bagyo langsung melakukan orasi di hadapan anggota linmas serta masyarakat umum yang kebetulan melintasi depan Stadion Manahan Solo. Dia menyatakan sangat prihatin digrebeknya sejumlah anggota TNI dan Polri yang terlibat dalam kasus peredaran narkoba. Dengan tegas, ia pun mengecam tindakan prajurit yang melanggar aturan tersebut.

"Kemarin melihat ada berita soal operasi penggrebekan kasus narkoba yang berhasil mengamankan beberapa anggota TNI dan Polri. Saya mendengar kasus itu sangat prihatin dan miris," kata dia kala itu.

Kopral Bagyo menegaskan sebagai benteng pertahanan negara para anggota TNI dan Polri harus kuat. Lantas, jika anggotanya terkena narkoba maka benteng negara akan menjadi lemah, bahkan bisa hancur.

Oleh sebab itu, pembinaan mental di kalangan prajurit TNI dan Polri harus ditingkatkan supaya mental para anggota tetap kokoh dan tidak tergoda untuk bermain dengan narkoba.

"‎Saya sebagai orang tua hanya mengingatkan saja kepada para prajurit muda TNI-Polri, kalau bisa bintal ditingkatkan. Latihan-latihan ditingkatkan, jika capek latihan akan tidur dan tidak mikir yang tidak-tidak. Kalau banyak nganggur tidak latihan, banyak santai ditambah LGBT nanti malah mikir yang jelek-jelek," tegasnya.

Dia menambahkan tidak sepantasnya prajurit TNI dan Polri menjadi pengedar atau backing dalam kasus peredaran narkoba. Sebab saat ini kesejahteraan anggota TNI juga sudah dinaikkan serta ditambah dengan remunerasi.

"Kalau para prajurit TNI-Polri masih sampai cari tambahan dengan mengedarkan narkoba berarti prajurit yang goblok, prajurit yang blekok. Jangan sampai anak-anak terkena narkoba," ucapnya.

4 dari 5 halaman

Koprol Keliling Monas Sambil Puasa

Pada Mei 2016, Kopral Bagyo membuat heboh Jakarta. Sambil tetap menjalankan ibadah puasa, dia menjalankan aksi koprol di Monumen Nasional (Monas) Jakarta

Aksi ekstrem pria 53 tahun ini dimulai sekitar pukul 08.20 WIB. Dengan mengenakan seragam loreng dan baret biru khas Polisi Militer, Kopral Bagyo melakukan aksinya dengan diiringi sejumlah relawan yang membawa sepanduk bertuliskan bahaya narkoba.

Aksi koprol di Monas dilakukan Kopral Bagyo untuk mengkampanyekan bahaya narkoba. Selain itu dalam rangka memeriahkan HUT POM AD ke-70.

Dia mengatakan, aksi koprol yang dilakukan sambil berpuasa di depan pintu Monas beralas batu konblok itu, membuat badannya sakit.

"Jangan salah lho. Jungkir balik di batu-batu gini, badan saya tetap sakit kok," tandas Kopral Bagyo.

Dia mengatakan, akan melakukan aksi serupa di Menara Eiffel, Paris, Prancis. Namun, sebelum itu, dia akan terlebih dulu memecahkan rekor di Monas.

"Saya ingin sekali jungkir balik di Menara Eiffel. Tapi mau pecahin rekor dulu di sini (Monas)," kata Bagyo.

Dia menyatakan tidak ada alasan khusus mengapa ingin koprol di Menara Eiffel. "Sekedar ingin mencoba saja," kata Kopral Bagyo.

5 dari 5 halaman

Jalan Jongkok di Jalan Slamet Riyadi

Beragam cara dilakukan untuk memperingati HUT TNI yang jatuh setiap 5 Oktober. Dalam peringatan HUT ke-69 pada Oktober 2014, Kopral Bagyo berjalan jongkok 1,5 kilometer di Jalan Slamet Riyadi Solo.

Dengan mengenakan seragam TNI lengkap, Kopral Bagyo itu melakoni aksi jalan jongkok dengan didampingi sejumlah rekannya. Dia harus menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer, mulai dari Kawasan Ngarsopuro hingga Bundaran Gladak.

Saat jalan jongkok itu, Kopral Bagyo membawa bendera Merah Putih dan poster. Poster itu bertuliskan Dirgahayu TNI 69, alutista yang mantab, mental yang kuat, kompak sesama aparat, nyamankan hati rakyat menuju bangsa yang hebat.

Tak pelak aksi tentara tersebut menjadi pusat perhatian warga serta para pengguna jalan yang sedang melintas. Mereka pun tak lupa mengabadikan aksi langka jalan jongkok yang dilakukan oleh prajurit TNI.

Kopral Bagyo mengatakan aksi jalan jongkok ini sebagai bagian dari memperingati HUT TNI. Ia sengaja memilih aksi dengan jalan jongkok sebagai simbol bahwa TNI harus siap fisik dan mental. "Aksi ini atas inisiatif sendiri, " tutur Kopral Bagyo.

Usai berhasil jalan jongkok sejauh 1,5 kilometer, Kopral Bagyo juga melakukan aksi sosial. Ia membagikan 300 nasi bungkus untuk tukang becak, loper koran, dan pejalan kaki di kawasan Geladag, Jalan Slamet Riyadi, Solo.

Video Terkini