Sukses

Kutukan Sepak Bola Indonesia Versi Baduy

Ada kepercayaan tentang kutukan sepak bola Indonesia yang berkembang di Baduy.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai komunitas yang menggenggam nilai dan sistem budaya sendiri, masyarakat adat suku Baduy di Banten menilai fenomena atau realitas dengan sudut pandang tersendiri. Kadang kepercayaan Baduy terkesan unik bagi khalayak umum.

Selama ini yang diketahui dari Banten adalah sikapnya yang menjaga jarak dengan perkembangan modern, terutama masyarakat Baduy Dalam. Hal ini tentu aneh di tengah perkembangan dewasa ini.

Masyarakat Baduy ternyata juga punya kepercayaan sendiri tentang sepak bola di Tanah Air. Kepercayaan ini tercermin dalam cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Mulyono (26), seorang tokoh pemuda Baduy, mengaku cerita soal Baduy itu masih membekas kuat di alam pikirnya. Cerita yang didengarnya memang terkesan menyeramkan, tentang kutukan sepak bola. Namun ada juga solusinya.

"Nenek moyang kami dari suku Baduy sering cerita bahwa negeri Indonesia punya kutukan di zaman dahulu soal sepak bola," kata Mulyono kepada Liputan6.com, Selasa (20/12/2016).

Dia menuturkan, ceritanya sebagai berikut.

"Di zaman dahulu saat perang kekuasaan di zamannya para sahabat nabi, ada seorang sahabat nabi yang dibunuh, dan kepalanya dipenggal untuk bermain bola dari timur hingga barat, selatan hingga utara."

"Kepala sahabat nabi itu pun terus di tendang-tendang dan pihak keluarganya pun tak senang, sehingga dikutuklah orang-orang yang menendang tersebut oleh keluarga yang dibunuh tersebut."

Mengutip keterangan yang didengarnya dari para sesepuh Baduy, kata Mulyono, orang-orang yang bermain bola tersebut ada yang jadi nenek moyang orang-orang Indonesia, bahkan orang suku Baduy.

"Sehingga Indonesia susah untuk berprestasi di bidang sepak bola. Saya sering dengar cerita ini dari orang-orang tua kami di suku Baduy," kata Mulyono.

Mulyono si putra Baduy. (Liputan6.com/Harun Mahbub)

Dia menambahkan, anak-anak suku Baduy biasa memainkan benda bulat. Istilahnya main bal-balan. Karena dulu susah mencari bola plastik, anak-anak bermain bal-balan dengan buah jeruk yang besar. Supaya tidak cepat meletus, buah jeruk tersebut dibakar dahulu, sehingga jadi lembut dan tidak mudah rusak.

Terkait kutukan sepak bola Indonesia tadi, Mulyono melanjutkan, dia penasaran dan sempat menanyakannya ke seorang tokoh adat Baduy Luar bernama Panggiwa Sarman.

Berikut sepenggal dialog mereka.

"Apakah Indonesia bisa lepas dari kutukan tersebut, Pak?"

"Semua penyakit pasti ada obatnya."

Mulyono jadi penasaran.

"Lalu caranya bagaimana?"

"Ya dengan cara bertaubat, tokoh-tokoh adat Baduy semua pada tahu."

"Terus Indonesia kan final di piala AFF, Indonesia bisa juara enggak?"

"Moal kasorang (tidak mungkin)."