Sukses

Jembatan Liliba, Antara Pencabut Nyawa dan Pernyataan Cinta

Dalam kurun waktu satu bulan, aksi bunuh diri di Jembatan Liliba mencapai dua atau tiga kali.

Liputan6.com, Kupang - Jembatan Liliba terletak di Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikenal sebagai jembatan pencabut nyawa. Hampir setiap tahun, selalu ada warga Kota Kupang yang datang dan bunuh diri dengan cara terjun dari jembatan yang memiliki kedalaman 500 meter dan panjang 135 meter itu.

Tubuh hancur berlipat-lipat, remuk menjamah tanah bebatuan. Tangis histeris mengheningkan kesibukan kota. Setelah itu, ada lagi manusia lain datang melakukan bunuh diri.
 
Jembatan Liliba memang menjadi jembatan yang paling banyak dijadikan tempat orang mengakhiri hidup akibat putus cinta atau frustasi dalam hidup. Menurut informasi yang dihimpun Liputan6.com, dalam kurun waktu satu bulan, aksi bunuh diri di Jembatan Liliba mencapai dua atau tiga kali.

Karena seringnya yang bunuh diri, ada papan peringatan larangan bunuh diri di jembatan tersebut.

Di balik sisi mengenaskan itu, ada sisi romantis Jembatan Liliba. Jembatan Liliba juga adalah bagian dari kisah romantis pasangan muda-mudi di Kota Kupang. Jembatan yang dibangun pada 1994 itu ternyata menjadi lokasi pilihan kaum remaja di Kota Kupang untuk menyatakan cinta saat Valentine tiba.

Pasangan muda-mudi mengabadikan tanda cinta mereka dengan gembok cinta yang dikuncikan pada jeruji pagar jembatan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari gembok dituliskan nama pasangan mereka masing-masing.
 

"Di jembatan ini banyak anak-anak muda memasang gembok dan cincin mereka. Ini persis mengikuti drama-drama Korea, dan sejenisnya. Jadi kelihatan sekali anak muda ini ikut-ikutan film," kata Rafael Molina, salah satu warga Kota Kupang yang rumahnya persis di pinggir jembatan kepada Liputan6.com, Selasa, 20 Desember 2016.

Menurut Rafael, masyarakat sekitar jembatan mengaku sering melihat makhluk halus yang konon sering muncul di jembatan saat malam hari. "Dahulu, warga sering melihat makhluk aneh di sekitar jembatan, tetapi sekarang mungkin kotanya sudah mulai ramai, sehingga tidak pernah muncul lagi," kata Rafael.
 
Jembatan Liliba ini berada di Jalan Piet A Tallo itu menghubungkan Kupang-Penfui. Arus kendaraan di jembatan ini juga cukup padat. Mobil dan motor yang lewat pun berjalan dengan kecepatan tinggi.

Dahulu, belahan timur dan barat Kota Kupang hanya terhubung oleh Jembatan Oesapa. Pada 1990, pihak Bina Marga mulai membangun Jembatan Liliba. Pekerjaannya rampung pada 1994 dengan biaya pengerjaan mencapai Rp 3,5 triliun.

Pada Juli 1994, Jembatan Liliba diresmikan oleh Haryanto Danutirto, Menteri Perhubungan Indonesia periode 1993-1998 dalam Kabinet Pembangunan VI pada pemerintahan Presiden Soeharto.