Sukses

Misteri Kerajaan Ular hingga Bongkar Makam Ibunda

Ada banyak kehebohan di Jawa Tengah sepanjang 2016. Mulai dari fakta seputar Kerajaan Ular di Semarang hingga adanya bunuh diri bapak-anak.

2 dari 6 halaman

Membongkar Ibu Kota Kerajaan Ular di Semarang

Liputan6.com, Semarang - Diawali dari munculnya puluhan ekor ular piton berbagai jenis di perkampungan pusat Kota Semarang, Jawa Tengah, warga Semarang heboh sepanjang Februari 2016.

Munculnya puluhan ekor ular piton berukuran besar dan ratusan ekor yang berukuran sedang itu memunculkan berbagai spekulasi, salah satunya isu kerajaan ular di bawah kota. 



Kemunculan ular-ular seram ini diawali ketika Rabu, 24 Februari 2016, ada seorang asisten rumah tangga yang sedang mandi tiba-tiba kejatuhan seekor ular sepanjang 50 cm. Sriyati yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jalan Anggrek X itu tentu saja panik.

"Seram kalau ingat. Saya sampai teriak-teriak," kata Sriyati di Jalan Anggrek X, Semarang Tengah.

Beruntung, saat Sriyati berteriak minta tolong, ada seorang warga yang biasa menangani ular. Totok Bayu Wibowo (44), warga itu, kemudian dengan sigap menangkap dan menyingkirkan ular itu.

"Ini jenis ular phyton," kata Totok.

Dari penangkapan itu, Totok mengaku sudah puluhan kali menangkap ular yang nyasar. Semua berada di lokasi Jalan Anggrek. Fenomena ini menjadi aneh karena Jalan Anggrek berada di kawasan Simpanglima Semarang, atau di belakang hotel bintang lima, Ciputra Hotel.

Jumlah ular-ular seram yag banyak itu kemudian memunculkan spekulasi adanya kerajaan ular di bawah pusat kota Semarang. Yang dimaksud kerajaan ular adalah sarang ular yang menjadi penghuni drainase kuno kota Semarang.

Sebagian masyarakat mengaku pernah mendengar adanya terowongan drainase buatan Belanda yang menghubungkan Lawangsewu - SMAN 1 Semarang - Benteng Pendem. Drainase  itulah yang dicurigai sebagai kerajaan ular. Ketika tempat mereka penuh, ular-ular itu keluar mencari habitat baru.



"Saya pernah mendengar ada terowongan di Lawangsewu, Rumah Sakit Kariadi, SMAN 1 dan Benteng Pendem, mungkin karena tak berfungsi lagi," kata Chandra, warga Jalan Anggrek kepada Liputan6.com, Kamis, 25 Februari 2016.



Sejarawan Kota Semarang Jongkie Tio menampik dugaan tersebut. Menurut dia, lorong bawah tanah itu belum tentu saluran drainase karena hingga kini belum pernah ditemukan lorong yang saling berhubungan itu.

"Itu semacam mitos saja barangkali. Namun kalau ada yang meyakini ya monggo, yang pasti bukti keberadaan lorong itu tak ditemukan," kata Jongkie Tio.

 Jongkie mengisahkan pengalaman masa kecilnya tinggal di kawasan seputar Simpang Lima. Menurut dia, saat hujan yang menyebabkan banjir, banyak ular berkeliaran. Namun, ia tak menyebutkan hal itu disebabkan karena adanya drainase.



Sepakat dengan Jongkie,  arsitek dan pakar tata kota Unika Soegijopranoto, Tjahjono Rahardjo juga menyebut lorong bawah tanah di kawasan Simpanglima tidak mungkin ada. Menurutnya sejumlah bangunan yang berdiri di kawasan itu dibangun dalam masa berbeda-beda.



"Dari Benteng Pendem, Lawangsewu, SMA 1, dan RS Kariadi itu membangunnya beda zaman. Beda tahun. Sangat tidak mungkin," kata Tjahjono.



Tjahjono juga menepis asal munculnya ular di wilayah itu berasal dari drainase bawah tanah. Menurut dia, bukan saat ini saja daerah itu diserbu ular. Hewan melata itu juga mendatangi kawasan Erlangga yang lokasinya berseberangan dengan Jalan Anggrek.

Perubahan alih fungsi lahan di kawasan Simpang Lima memang diakui sebagai penyebab banjir yang utama. Kawasan ini mulai berkembang dan rawa-rawa serta sawah-sawah menghilang sekitar 1960-an.

"Mungkinkah membangun drainase bawah tanah di bawah sawah-sawah dan rawa? Tidak bukan? Kalau ular itu kemudian keluar sekarang, pasti sisa-sisa ular saat Simpang Lima masih berupa rawa. Nah, ular-ular itulah yang beranak pinak," kata Tjahjono.

Sementara itu, Ketua Komunitas Reptil Retic's, Azmi (30), mengatakan habitat piton yang hidup di perkotaan biasanya berada di gorong-gorong. Mereka baru akan keluar jika gorong-gorong tersebut tergenang air atau rusak.



"Di sekitar situ kan gorong-gorong banyak. Kemarin hujan deras mungkin banjir, pada keluar. Bisa juga karena habitatnya rusak karena ada pembangunan-pembangunan," kata Azmi, Kamis, 25 Februari 2016.

3 dari 6 halaman

Supriyanto Membongkar dan Menyimpan Mayat Ibunya

Kehebohan kedua di Jawa Tengah datang dari kota Temanggung. Diawali dari temuan adanya seorang anak yang membongkar kuburan ibunya dan membawa mayatnya pulang. Adalah Supriyanto, si pembongkar kuburan itu yang mengaku sangat sayang kepada ibunya. Saat diperiksa polisi, Supriyanto yang menyimpan jenazah ibunya hingga 40 hari itu mengaku bahwa mayat Parimah, sang ibu itu hendak dihidupkan lagi. 



Kapolres Temanggung Ajun Komisaris Besar Polisi Wahyu Wim Hardjanto menyebutkan, dari beberapa kali pemeriksaan, Supriyanto selalu mengaku bahwa Parimah (70), bisa hidup kembali.



"Ia meyakini bahwa almarhum suatu saat akan sadar dari pingsannya dan kembali menemaninya," kata Wahyu di Temanggung, Jawa Tengah, Jumat 24 Juni 2016.



Bagaimana cara Supriyanto menggelar ritual agar Parimah bisa hidup lagi?



Menurutnya, ini diawali dari sebuah mimpi yang diyakini sebagai wangsit atau bisikan gaib bahwa Parimah hanya pingsan. Supriyanto yang sering berkumpul dengan teman-temannya kemudian mengungkapkan dan menyatakan ia yakin ibunya hanya pingsan.

Saat 40 hari kematian perempuan yang meninggal pada 14 April 2016 itu, Supriyanto kemudian mengajak teman-temannya untuk membongkar kuburan tersebut.
 
Setelah makam dibongkar, jasad Parimah kemudian dibaringkan pada sebuah dipan. Jasad Parimah kemudian dialasi tikar plastik dan plastik agar cairan busuk tak menyebar.

Selain itu, mayat yang mulai menghitam dan kain kafannya masih utuh itu juga disemprot dengan wewangian. 

Hal ini diceritakan oleh seorang teman Supri yang ikut diperiksa polisi, Iswanto.



"Itu mungkin salah satu syarat. Saya kurang tahu. Saya hanya membantu membongkar dan membawa pulang," kata Iswanto.



Setelah jasad dibaringkan di kamar, Supriyanto dan para pengikutnya kemudian menggelar ritual. Ritual ini tanpa sesaji dan hanya membacakan mantera atau doa-doa. Hanya saja doa yang dibacakan menggunakan bahasa Jawa yang tidak lazim dengan kosakata yang aneh.



Pembacaan mantra dan gelaran ritual ini, kata dia, sebenarnya bukan hanya pada malam Jumat kliwon atau Selasa kliwon saja. Namun pada dua hari itu, intensitasnya meningkat. Lebih lama dari biasanya. Bahkan sampai menjelang subuh.



4 dari 6 halaman

Situs Kajangkoso, Lebih Besar dari Borobudur?

Temuan situs Tamansari di Dusun Gendungan, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu seperti membuka misteri peradaban purba di kaki Gunung Merapi. Temuan itu kembali mengingatkan pada situs yang pernah menjadi perbincangan ramai pada 2001, yakni Situs Kajangkoso.



Situs Kajangkoso berada di Desa Kajangkoso, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Penampakan yang terlihat berupa struktur batu yang tertata sebagaimana sebuah candi. Saat ditemukan dan hingga kini, situs Kajangkoso memang sangat minim kelengkapan komponen bangunan candi. 

Situs ini bisa dilihat di ruas jalan menuju ke arah pos pengamatan Gunung Merapi Babadan. Situs ini ditemukan oleh petani saat membuat saluran irigasi. 



"Di saluran air itu ditemukan struktur batu. Bahkan kalau airnya sedang tidak deras, terlihat kasat mata," kata seorang ibu, warga Kajangkoso, Minggu, 22 Mei 2016.



Kondisi situs ini sampai sekarang tidak berubah. Ketika ditemukan warga melalui desa sudah melapor ke Balai Pelestarian Cagar Budaya. Namun demikian, tidak dilanjutkan untuk ekskavasi.



"Karena besarnya diperkirakan lebih besar dari Candi Borobudur, warga kan kemudian khawatir kalau disuruh bedhol desa," kata ibu tadi.

Harus diakui, memang sangat sulit mencari kebenaran tentang ukuran situs. Arkeolog UGM Joko Dwiyanto menyebutkan sejauh ini pihaknya belum pernah mendengar keberadaan situs itu. Namun Joko meyakinkan bahwa keberadaan sebuah situs selalu berhubungan dengan sebuah prasasti.



"Yang jelas kami belum pernah meneliti tentang Kajangkoso. Apakah benar lebih besar dari Borobudur, saya pikir perlu penelitian lebih jauh," kata Joko Dwianto.



Menurut Joko, situs Kajangkoso bisa jadi sebuah prasasti. Atau bahkan ada sebuah prasasti yang bisa menjelaskan hal itu. Kondisi situs saat ini masih terpendam. Mulai dari terpendam areal persawahan, irigasi, bangunan rumah, bahkan juga jalan raya. Struktur batu yang tertata itu tidak seluruhnya bisa dilihat.



Yang terlihat di situs ini hanya sebuah padu sudut candi, yang berada di sebuah irigasi, yang jika air dari puncak cukup deras, batu candi ini akan sangat sulit terlihat oleh mata.

Sesungguhnya penemuan situs ini sempat dilaporkan ke yang berwenang.

Kemudian dari hasil pantauan awal disimpulkan bahwa kemungkinan struktur batu yg berada di saluran irigasi tersebut diperkirakan adalah sudut candi.



"Dulu pernah juga ditemukan arca sapi," kata seorang ibu warga Kajangkoso.

5 dari 6 halaman

Layanan PSK Pria di Semarang

Kehebohan berikutnya adalah tersingkapnya praktik prostitusi laki-laki di Kota Semarang. Pergerakannya sangat samar tidak seperti PSK perempuan yang serba terbuka yang bahkan menjajakan diri di pinggir jalan. 

Tapi cobalah sesekali menelepon iklan pijat di surat kabar. Barangkali beruntung mendapatkan tawaran live show.

Ira (nama samaran), salah seorang penikmat prostitusi laki-laki, mengatakan pernah mencicipi live show. 



"Saya beberapa kali menggunakan jasa Ryan untuk live show. Seru lo. Tapi biasanya saya enggak mau lanjut. Cukup lihat saja," kata Ira, beberapa waktu lalu.



Yang dimaksud live show adalah pertunjukan live sex. Ini merupakan variasi layanan dari PSK laki-laki. Para pelanggan diberi keleluasaan untuk melihat secara langsung aksi para PSK laki-laki itu. Adapun yang dijadikan pasangan biasanya seorang PSK juga. 

Ryan, nama samaran, seorang pelaku prostitusi laki-laki, mengatakan peminat live show cukup tinggi.

"Saya tak perlu menyebut angka. Tapi akhir-akhir ini cukup diminati," kata dia.

Harga untuk layanan itu berbeda-beda. Jika tiga tahun lalu, menurut Ira, masih berkisar di angka Rp 750 ribu, saat ini barangkali sudah mencapai jutaan rupiah.

Kepada Liputan6.com, dalam obrolan di sebuah teras kamar hotel di puncak bukit Semarang, Ira menyebutkan saat ini di Semarang tenaga PSK laki-laki makin banyak.

Keberadaan sosial media menjadi salah satu kanal percepatan jumlah PSK laki-laki.

 Ira mengatakan rata-rata mereka adalah anak-anak muda yang masih sekolah atau kuliah. Lebih banyak lagi adalah anak-anak muda yang sudah tak lagi sekolah.



"Mereka cari jalan pintas. Mungkin dianggapnya pekerjaan kayak gini enak," kata Ryan.



Secara umum, PSK laki-laki terbagi dalam tiga kelas. Pertama adalah mereka yang tak bermodal, mengandalkan akun medsos untuk menawarkan diri. Kadangkala disertai foto-foto vulgar organ intim mereka. Yang termasuk kategori pertama ini, biasanya anak-anak muda belasan tahun hingga 20 tahun.



Kelas kedua adalah mereka yang mengiklankan diri di iklan baris jasa pijat surat kabar. Biasanya usia mereka 30 tahun ke atas. Kelas ketiga adalah mereka yang sudah membangun jaringan. Transaksi mereka sudah menggunakan jaringan pelanggannya. Sistem pembayaran juga sudah tidak mau dengan tunai, melainkan transfer.



Psikolog Universitas Semarang, Probowatie Tjondronegoro, menyebutkan bahwa perilaku penyediaan prostitusi laki-laki adalah sebuah relativitas. Ia melihat banyaknya anak-anak belasan tahun yang menawarkan diri sebagai sebuah fenomena. Penyebabnya sederhana, negara gagal mengelola potensi pemudanya.



"Sikap permisif masyarakat pada akhirnya akan terbentuk ketika negara tidak memperhatikan fenomena ini," kata Probowatie.

 Faktor ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan penguasaan keterampilan atau keahlian anak-anak muda. Mereka juga dipupuk sikap malas dan didorong gaya hidup hedonis hingga bermuara jadi satu. 



"Lebih parah lagi, diperburuk dengan revolusi komunikasi, di mana tiap orang pasti punya akun media sosial dan bahkan bisa lebih dari satu, ikut menjadi nutrisi suburnya prostitusi di perkotaan," kata Probowatie.

6 dari 6 halaman

Bunuh Diri Bapak-Anak


Kehebohan berikutnya menutup tahun 2016 adalah adanya peristiwa bunuh diri yang dilakukan seorang bapak. Bunuh diri ini menjadi heboh karena pelaku juga mengajak dua anaknya minum racun serangga. Ada dugaan mafia narkoba menjadi penyebab terjadinya kasus ini.

Meski upaya bunuh diri yang dilakukan David Nugroho dengan mengajak dua anaknya tak sepenuhnya berhasil, ia memberi petunjuk penting tentang perdagangan narkoba yang melibatkan istrinya, Dian Kumaladewi. Petunjuk itu tertuang dalam tulisan tangan sebanyak dua halaman.



Petunjuk adanya jeratan perdagangan narkoba itu menjadi salah satu alasan David bunuh diri. Ia menyebut istrinya dimanfaatkan orang lain demi mendapatkan sabu. Hal itu pula yang membuat Dian Kumaladewi berubah dan tak pernah pulang untuk sekadar memperhatikan anaknya.



"Bismillah...aku lakukan semua ini karena aku sadar jika aku lakukan sendiri, pasti istriku takkan bisa merawat anak-anakku. Karena ia lebih sibuk dengan urusannya sendiri," demikian David menulis.

Di halaman berikutnya, barulah David mengungkapkan isi hatinya dan menganggap istrinya diperbudak seseorang bernama Piping untuk mendapatkan sabu.

"Karena sabu, Dian (istrinya) lebih mikirin takut sama Piping, Lia, Arda, Rendy, dan Heru, bandar yang menyuplai sabu sama Dian," kata David dalam catatannya itu.

Catatan berikutnya, ukuran tulisan David lebih besar dan tidak beraturan. Tulisan itu menuduh Piping menjual Dian ke Heru dengan imbalan sabu. David juga menuliskan sumpah serapah agar keenam orang tersebut mendapatkan karma.

"Mugo-mugo wong 6 kui intuk karma lan balesan (semoga enam orang itu dapat karma dan balasan)," tulis David dengan tulisan besar.

Pada halaman terakhir, David berpamitan kepada Dian dan menepati janjinya untuk membawa rasa cintanya sampai mati. Ia juga mengungkapkan anak-anaknya akan menemaninya.

"Tak tepati janji lan sumpahku. Tak gowo roso cinta lan sayangku tekan mati lan tekan akherat. Anak-anak sing ngancani (Aku tepati janji dan sumpahku. Aku bawa  rasa cinta dan sayangku sampai mati dan sampai akhirat. Anak-anak yang menemani)," tulis David.

Peristiwa bunuh diri dengan minum obat nyamuk yang menyertakan dua anak kecil itu terjadi di Jalan Jomblang Perbalan RT 07 RW 02, Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari, Semarang, Jawa Tengah. Tiga korban buru-buru dibawa ke RS Roemani Semarang, tapi salah satunya tidak bisa diselamatkan yaitu Aura. Gadis kecil itu tewas akibat ulah ayahnya, sedangkan sang ayah berangsur pulih.

Â