Liputan6.com, Gowa - Belasan bunga bangkai mekar di kawasan konservasi Rumah Hijau Denassa (RHD), Jalan Borongtala, Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dari puluhan bunga bangkai yang tumbuh di kawasan konservasi swadaya ini sudah belasan yang mekar.
"Dua belas sudah mekar, sementara beberapa lainnya masih dalam keadaan pucuk," ucap Darmawan Denassa pemilik kawasan Konservasi Rumah Hijau Denassa kepada Liputan6.com, beberapa hari lalu.
Tanaman yang memiliki nama Latin, Amorphophallus paeoniifolius, mekar dengan berbagai macam ukuran. "Salah satunya berukuran ada yang mencapai tinggi 43 centimeter dengan lebar 45 centimeter dan tinggi mahkota 18 centimeter," Darmawan menerangkan.
Baca Juga
Darmawan juga mengungkapkan, bunga bangkai yang berada di kawasan konservasi miliknya ini berasal dari beberapa kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan.
Advertisement
Sejak 2009, Kawasan Konservasi Rumah Hijau Denassa telah menyelamatkan satu batang bunga bangkai lokal asal Takalar. Bunga langka ini telah mekar empat kali, yakni pada tahun 2009, 2012, 2013, dan 2014.
Lazimnya, menurut Darmawan, bunga bangkai yang mekar di Rumah Hijau Denassa mencapai periode puncak antara pukul 15.30-21.30 Wita. Hal ini ditandai dengan keluarnya aroma menyengat berbau bangkai hingga radius 150 meter dari bunga.
"Bau busuk dihasilkan tumbuhan ini sebagai penarik lalat dan serangga lain untuk membantu penyerbukan," ia memaparkan.
Selain mengeluarkan aroma yang khas seperti bangkai, bunga bangkai merupakan salah satu jenis tumbuhan yang menghasilkan bunga dengan ukuran terbesar di dunia. Namun, terganggunya ekosistem dan pengambilan umbi bunga bangkai jenis Amorphopallus menjadi ancaman jenis ini bisa bertahan secara alami.
"Bunga bangkai menjadi salah satu tanda kemurnian ekosistem. Juga sebagai batas dan penanda musim yang bisa jadi pedoman, khususnya petani dalam menentukan masa tanam," ujar Darmawan.
Selain bisa melihat bunga bangkai, di Kawasan Konservasi yang dikelola secara swadaya seluas tiga hektare dan diberi nama Rumah Hijau Denassa ini, masyarakat bisa belajar menikmati ratusan jenis tanaman lokal yang sudah langka dan terancam punah. Misalnya, pohon katangka, pohon bissu, dan pohon kayu hitam.