Sukses

Alasan Duku Palembang Hilang di Palembang

Memasuki Oktober, panen duku berlimpah di lokasi perkebunan pohon duku, tepatnya di beberapa kabupaten di Sumsel.

Liputan6.com, Palembang Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) tidak hanya terkenal dengan pempek ikan saja. Daerah bekas Kerajaan Sriwijaya ini juga dikenal masyarakat luas sebagai penghasil buah duku dengan rasa yang sangat manis.

Memasuki Oktober, panen duku berlimpah di lokasi perkebunan pohon duku, tepatnya di beberapa kabupaten di Sumsel. Biasanya, masa panen pohon duku terus berlangsung hingga awal tahun.

Pada akhir 2016 ini, peredaran buah duku hanya ada di kabupaten tempat perkebunan pohon duku. Tak seperti tahun 2000-an, kini buah duku seperti menghilang dari peredaran, terutama di ibu kota provinsi.

Penjualan buah duku asli Palembang saat ini hanya sebatas di pinggiran jalan antar-kabupaten Sumsel saja.

Menurut Leni (52), penjual buah duku, setiap tahun selalu ada pembeli dari luar Sumsel yang mendatangi pemilik kebun duku untuk memborong buah duku.

"Biasanya yang beli itu orang Jakarta dan jumlahnya sangat banyak. Sampai mereka sering mondar-mandir ke kawasan kami untuk mengangkut buah duku pakai truk," ujar warga Kabupaten Muara Enim ini kepada Liputan6.com, Senin (26/12/2016).

Maka itu, lanjut dia, buah duku jarang dikirim ke Palembang. Selain karena sudah habis dijual ke pembeli dari Jakarta, harga jualnya juga biasanya lebih mahal dibandingkan biaya angkut dan penjualan di Palembang.

Leni yang juga membeli duku dari pemilik kebun biasanya hanya menjual di dekat kawasan tempat tinggalnya saja. Biasanya setiap tahun, dirinya membeli tiga hingga empat karung buah duku dari kebun.

Di pinggir jalan perbatasan Kabupaten Muara Enim ke Kota Prabumulih, Leni menjajakan jualannya. Satu kilonya, buah duku dihargai Rp 15.000.

Meskipun nantinya duku akan beredar di Palembang, Leni yakin yang dijual itu adalah duku asal Jambi. Bentuk dan warna duku yang dijajakan itu sangat berbeda dari buah duku Palembang.

Selain menjual duku, Leni juga menjajakan durian khas Sumsel. Harga yang dipatok juga sangat terjangkau, antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000.

2 dari 2 halaman

Butuh Pengalengan Duku

Devi, warga Jakarta, mengatakan sudah beberapa tahun ini dirinya sulit mendapatkan buah duku asli Sumsel jika sedang mampir ke Palembang. Menurut dia, duku yang dijual di Palembang itu rasanya lebih asam dan berbeda dari duku asli Palembang.

"Sangat beda rasanya, lebih keras, asam, warna kulitnya mengkilap. Biasanya itu duku Jambi yang dijual ke Palembang. Saya juga penggemar buah duren, jadi saya bersama teman-teman memilih datang langsung ke kawasan penghasil duku dan duren," ujar dia.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel Permana mengatakan kelangkaan buah duku di tempat asalnya sudah lama terjadi. Namun, pihaknya tidak punya kewenangan untuk membatasi penjualan buah duku ke pembeli luar kota.

"Orang Jakarta datang langsung ke kebun dan memborong buah duku. Tentunya petani lebih diuntungkan dibandingkan mengangkut lagi ke Palembang dan menjual kembali. Kita tidak bisa melarang itu, karena interaksinya langsung antara pedagang dan agen dari Jakarta," kata dia.

Namun, ia berharap akan ada industri pengalengan buah duku yang berada di Provinsi Sumsel. Dengan begitu, petani tidak perlu menjual buah duku ke agen luar. Harga jualnya juga bisa meningkat dan dapat mendongkrak pendapatan para petani.

Untuk itu, pihaknya masih menunggu gebrakan dari Badan Promosi, Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Sumsel untuk mencari investor industri tersebut.

"Kita masih menunggu dari BP3MD Sumsel. Karena potensi buah duku di Sumsel ini sangat besar. Terutama di beberapa daerah, seperti Desa Rupit, Kabupaten OKU Selatan, Kabupaten Muara Enim dan lainnya," kata dia.