Sukses

3 Duka dari Perairan Maluku Utara Jelang Tutup Tahun

Salah satu kapal yang tenggelam di perairan Maluku Utara bahkan sempat dinyatakan tidak layak dioperasikan.

Liputan6.com, Ternate - Di penghujung 2016, duka menyelimuti keluarga dan korban penumpang kapal laut yang tiga hari berturut-turut tenggelam di perairan Maluku Utara. Setelah KM Karamando karam dan menewaskan empat orang pada Kamis, 29 Desember 2016, kecelakaan menimpa Perahu Motor Putri Tunggal 03.

Perahu pengangkut bahan bakar minyak itu hilang kontak di Laut Obi, Kabupaten Halmahera pada Jumat subuh, 30 Desember 2016. Kepala Basarnas Ternate Mustari mengatakan, PM Putri Tunggal 03 yang hilang kontak di Laut Obi, Halmahera Selatan, pada Jumat kemarin hingga sekarang belum ditemukan.

Longboat pengangkut minyak BBM bersubsidi itu semestinya tiba lima sampai enam jam di Pulau Obi.

"Namun hingga 6 jam lebih longboat belum juga tiba. Setelah dikontak tidak ada balasan, akhirnya keluarga korban langsung melapor. Setelah ditelusuri dinyatakan PM Putri Tunggal 03 lost contact di perairan Obi," ucap Mustari kepada Liputan6.com, Jumat malam, 30 Desember 2016.

Mustari mengungkapkan ada empat penumpang dalam PM Putra Tunggal 03 tersebut. Keempatnya adalah Hamid Lakaduta (pemilik kapal), Alan, Thamrin dan Arjuni.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, saat posisi perahu mendekati Tanjung Gurango, Halmahera Selatan, perahu dihadang ombak besar. Kru perahu motor pengangkut BBM itu terpaksa memutuskan mencari tempat yang lebih aman.

Pada Jumat, 30 Desember 2016, kurang lebih pukul 04.00 WIT, kru perahu memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Obi, Kabupaten Halmahera Selatan. Sesampainya di Tanjung Bendera Madapolo, perahu kembali dihantam ombak besar dan akhirnya tenggelam hari itu juga.

Salah satu kru, Alan berhasil ditemukan nelayan, tepat di bawah Pulau Tapa, Kabupaten Halmahera Selatan. Kurang lebih 50 sampai 60 mil dari lokasi nelayan yang sedang memancing di perairan itu.

Kepala Basarnas Ternate Mustari mengatakan, Tim SAR gabungan saat menerima laporan, langsung bergerak menuju perairan Obi mencari tiga kru lainnya yang belum ditemukan.

"Saat ini, ada tiga kapal sudah di TKP (tempat kejadian perkara). Untuk salah satu korban yang sudah ditemukan masih dalam perawatan medis di RSUD Bacan," kata dia.

2 dari 3 halaman

Kapal Bermuatan 30 Orang Tenggelam

Belum usai pencarian perahu pengangkut BBM, kecelakaan kembali menimpa sebuah kapal 3T yang memuat 30 penumpang pada Sabtu (31/12/2016) sore tadi. Kapal itu diinformasikan tenggelam di laut depan Desa Sidangoli, Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.

"Iya. Ada bodi (perahu motor) 3 GT dengan muatan 30 orang tenggelam di depan Sidangoli," kata Kasubag Humas Basarnas Ternate Fahri Yosua, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu sore.

Fahri mengemukakan, perahu motor tersebut bertolak dari pelabuhan pasar Swalayan, Kelurahan Gamalama, Ternate Tengah, menuju Desa Tuada, Kecamatan Jailolo. "Bodi ini dalam perjalanan dari Ternate menuju Jailolo," ucap Fahri.

Dia mengemukakan sebanyak satu unit armada laut Basarnas setempat dalam perjalanan menuju TKP atau tempat kejadian perkara. "Tim SAR sudah dalam perjalanan," ujar dia lagi.

3 dari 3 halaman

KM Karamando yang Karam Sempat Ditahan

KM Karamando yang tenggelam dan menyebabkan korban tewas hingga empat orang ternyata sudah beroperasi kurang lebih 22 tahun di laut Sulawesi dan Maluku Utara. Kepala Syahbandar Jailolo Affan Tobona mengungkapkan, KM Karamando beroperasi sejak 1994.

Karena kondisinya yang tidak layak, kata dia, sebelumnya kapal itu sudah pernah ditahan hingga beberapa bulan pada 2016 sebelum kecelakaan tersebut terjadi.

"Itu karena kondisi badan kapal yang sudah tidak layak, namun masyarakat mengamuk dan demo sehingga kapal tersebut kembali dioperasikan. Kapal tersebut terpaksa dioperasikan lagi karena tidak ada kapal alternatif lain untuk memuat hasil bumi masyarakat Jailolo ke Ternate," ujar Affan.

Tenggelamnya KM Karamando dan PM Putri Tunggal 03 di perairan Maluku Utara ini tentunya menjadi catatan penting buat pemerintah daerah setempat agar tidak menutup mata.

"Kejadian ini bukan kali pertama tapi sudah berulang kali. Seharusnya pemerintah kabupaten dan provinsi sudah harus mendatangkan kapal yang lebih layak untuk melayani masyarakat," kata Muhlis Ibrahim, pemerhati transportasi laut di perairan Maluku Utara, Sabtu (31/12/2016).

"Kami minta Gubernur Maluku Utara segera datangkan kapal besi yang lebih layak untuk melayani masyarakat  di daerah ini. Jangan kemudian hanya jalan-jalan ke luar negeri dengan tidak melihat apa yang harus dipenuhi pemerintah daerah bagi rakyatnya," sambung dia.

Video Terkini