Liputan6.com, Makassar - Berbeda dengan masjid lainnya yang ada di Makassar, Masjid As Said selain berdiri sendirian di tengah pemukiman Kampung Pecinan Makassar, masjid ini juga dikhususkan hanya untuk jamaah laki-laki.
Selain itu, di halaman Masjid As Said ini ditumbuhi dua pohon kurma. Satu pohon tepat berada di depan masjid yang merupakan halaman parkir kendaraan para jemaah, sementara satu pohon lagi berdiri di samping masjid.
Habib Alwi yang merupakan Imam Rawatib di masjid tersebut mengatakan Masjid As Said berdiri sejak 1907 Masehi. Kala itu, para sayyid asal Yaman Selatan atau Desa Hadramaut datang ke Makassar hendak menunaikan salat.
Advertisement
Baca Juga
Namun, karena berada di tengah pemukiman kampung Pecinan, para Sayyid atau dikenal Syekh yang dipimpin Syekh Hasan bin Muhammad At Taufik mendirikan sebuah tempat ibadah yang berukuran kecil. Pembangunan tempat ini dibantu syekh lain, di antaranya Syech Ali bin Abdurrahman Shihab yang merupakan kakek Quraish Shihab, seorang ahli tafsir ternama di Indonesia.
"Lambat laun perlahan masjid mulai dibangun agak besar dari semula. Namun meski masjid ini dibangun oleh para Sayyid keturunan Arab, bukan berarti khusus hanya untuk dimanfaatkan oleh keturunan Arab, melainkan semua umat muslim bisa berjemaah di sini," kata Habib Alwi kepada Liputan6.com, Selasa, 3 Januari 2017.
Namun, Habib Alwi mengakui kultur yang ada di masjid yang dipimpinnya tersebut berbeda dengan masjid kebanyakan di Kota Makassar. Masjid ini masih menjaga adat budaya para sayyid, yaitu mengkhususkan bagi jamaah laki-laki.
Â
"Di antaranya masjid ini khusus hanya jemaah laki-laki tapi sesekali bisa untuk jamaah wanita yang statusnya dia (wanita) itu musafir. Dan di sini, biar dalam bulan Ramadan, tidak ada jemaah wanita. Karena dari awalnya, memang budaya di masjid sini begitu. Selain itu, dasarnya juga ada, d imana salah satu hadisnya bahwa sebaik-baik ibadah seorang wanita itu lebih baik jika dilakukan di rumah," ungkap Habib Alwi.
Para jamaah yang ada di Masjid As Said, kata Habib Alwi semuanya kebanyakan warga dari luar kampung pecinan, seperti dari Kabupaten Gowa, Jalan BTP Makassar, Jalan Minasaupa dan dari daerah lainnya.
"Kalau masyarakat sini hanya sebagian karena mayoritas suku Tionghoa. Tapi di masjid ini sendiri sudah beberapa meng-Islamkan masyarakat Tionghoa," ungkap Habib Alwi.
Mengenai keberadaan pohon kurma di halaman Masjid As-Said, Habib Umar kepada Liputan6.com mengatakan ada dua pohon kurma yang berada di samping masjid. Pohon itu sudah berusia 24 tahun dan tampak dahan di atasnya sudah lapuk. Sedangkan, pohon kurma yang berada di depan halaman masjid usianya baru 10 tahun.
Lanjut Umar, dia dan Habib Alwi yang menanam pohon kurma di depan masjid itu. Awalnya, dia menemukan biji kurma bertunas di sela-sela batu di dekat tempat mengambil air wudu.
Kemudian, dia memberitahu Habib Alwi jika biji kurma bertunas ini tumbuh dan akhirnya ditanam di depan masjid. Saat ini, pohon tersebut tumbuh subur meski buahnya belum bisa dinikmati.
"Pohon kurma yang ada di depan masjid itu cukup ajaib di mana bibit hanya satu biji, namun jadi dua pohon. Itulah berkah dari Allah SWT dan saya namakan pohon kurma di depan itu dengan nama Umar Alwi karena saya dan Habib Alwi yang menanamnya," ujar Habib Umar.