Sukses

Mi Ayam Sendowo Yogya, Bercita Rasa Tinggi dengan Harga Hemat

Cita rasa Mi Ayam Sendowo Wiyono yang khas mampu menggoyang lidah penikmatnya.

Liputan6.com, Sleman - Mi ayam menjadi makanan yang dapat ditemui di seluruh Indonesia. Para pencinta mi tentunya menjadikan menu ini salah satu yang dicari ketika mencari camilan yang mengenyangkan.

Di dekat kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), ada satu warung mi ayam yang sederhana dan menjadi pilihan masyarakat. Namanya Mi Ayam Sendowo Wiyono.

Tempatnya ada di Sendowo G94A, Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang tak jauh dari Kampus Teknik UGM. Mi ayam Sendowo terkenal dengan porsinya yang cukup mengenyangkan.

Wiyono pemilik mi ayam ini mengaku sudah berjualan sejak tahun 1984. Saat itu, ia berjualan di kawasan Sendowo. Saat itu, warung yang dikontraknya tidak lagi diperpanjang. Namun, ada seorang baik hati yang memberikan tempat untuk berjualan hingga saat ini. Memanfaatkan ruang kecil di depan rumahnya, Wiyono bisa berjualan.

"Sudah 28 tahun di sini. Diselamatkan pemilik rumah ini. Jadi nunggu kos-kosan mbiyen ora mbayar (masih belum bayar) tapi disuruh nunggu (menempati)," kenang Wiyono, Rabu, 4 Januari 2017.

Menurut Wiyono yang asli Wonogiri, warungnya selalu buka tiap hari, kecuali saat ia harus pulang ke daerah asalnya. Setiap hari warung Mi Ayam Sendowo buka mulai pukul 10.00 WIB hingga sore hari.

"Kalau pas pulang ya enggak jualan. Biasanya setengah bulan, tapi selain itu, buka terus," ujar dia.

Wiyono mengatakan untuk bahan baku mi ayam ada yang dibuat sendiri dan ada yang membeli dari temannya. Hal ini membuat mi ayam Sendowo memiliki ciri khas. Pasalnya, mi tersebut diberi bumbu khusus ala Wiyono.

"Bakso goreng bikin sendiri. Ayamnya juga bikin sendiri," kata dia.

Ia menjual mi ayamnya dengan harga relatif terjangkau, sehingga penikmat menu yang kebanyakan mahasiswa ini sering datang melahap makanan ini.

Wiyono mengaku sejak dahulu, dirinya memang tidak mematok harga yang tinggi untuk satu mangkuk mi ayam.

"Mahasiswa yang sering ke sini. Sehari rata-rata 50 mangkuk lebih kalau ramai. Jadi kalau tarif sejak dulu terjangkau murah saja. Tahun 1995 harganya masih 250 perak (Rp 250)," dia mengungkapkan.

Adapun Anang salah satu penikmat makanan ini mengatakan, mi ayam buatan Pak Wiyono sangat pas di mulutnya. Sebab, ia sangat suka dengan mi berkuah kental. Terlebih harganya yang murah dan ditambah dengan porsi yang banyak.

"Pas porsinya banyak. Kuahnya juga mirip mi ayam Tumini. Bakso gorengnya juga banyak, mantap," Anang menandaskan.