Liputan6.com, Bandung - Jumlah Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di daerah Jawa Barat saat ini mencapai 27.890 orang. Jumlah itu terdiri dari 25.099 veteran pejuang, 2.606 veteran pembela, dan 185 veteran perdamaian.
Namun, sekitar 25 persen di antaranya disebut menjalani kehidupan jauh dari kata sejahtera. Hal itu terlihat dari kondisi bangunan tempat tinggal mereka yang tidak layak.
Sebagian besar rumah mereka dibangun kayu dan bilik akibat tidak ada biaya. Padahal, mereka merupakan para pejuang yang perang secara fisik untuk memerdekakan negara dari penjajahan dari berbagai negara lain.
Menurut Ketua Panitia peringatan ulang tahun LVRI Jawa Barat Kolonel (Purn) Hidayat Kusuma Negara, adanya anggota LVRI yang menjalani kehidupan tak sejahtera tersebut akibat minimnya perhatian dari pemerintah.
"Boleh dikatakan kecewa karena dulu kita-kita berjuang untuk merdeka dengan tujuan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia," kata Hidayat di Bandung, Selasa, 10 Januari 2017.
Baca Juga
Hidayat mengatakan, untuk mengatasi ketidaksejahteraan veteran ini, LVRI Provinsi Jawa Barat melakukan kegiatan bedah rumah menjadi layak huni. Selain itu, dilakukan juga kegiatan pengobatan gratis dan pemeriksaan kesehatan.
Hidayat menjelaskan kegiatan sosial dan kesehatan tersebut merupakan kerja sama antara LVRI dengan berbagai instansi dan pemerintah. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kondisi kesehatan para veteran.
"Sebagian kecil anggota veteran ini kurang berkecukupan hidupnya, namun itikad baik pemerintah tersebut harus mendapatkan apresiasi," ujar Hidayat.
Dia menambahkan, pemerintah juga sudah melakukan beberapa program yang perlu terus didukung. Program itu antara lain program tunjangan Rp 1 juta per bulan, pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan kelas satu, potongan harga untuk transportasi umum milik negara berupa penerbangan, kereta api, dan bus.
Tetapi, dia menilai perlakuan itu bukan sesuatu yang prioritas saat ini. Yang diinginkan para veteran adalah pengakuan sebagai pejuang dan tidak dimarjinalkan.
"Karena saat ini yang terjadi, di setiap upacara kenegaraan semisal peringatan kemerdekaan 17 Agustus, seringkali kita ditempatkan di belakang dan di depannya ormas," ucap Hidayat.
Advertisement
Â