Liputan6.com, Surabaya - Sejumlah mahasiswa Program Studi Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) mengembangkan palang pintu kereta api otomatis bertenaga aki. Palang pintu pintar karya Anthoni, Andreas Wijaya, dan Yovita Sugionoputri itu diberi nama Automatic Railway Gate System atau AuraGS.
Yovita menuturkan, berdasarkan data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dari 2010 – Oktober 2016 terjadi 35 peristiwa kecelakaan kereta api. Kecelakaan-kecelakaan itu merenggut 55 korban jiwa dan 240 korban luka-luka.
Dari data itu, mereka merancang karya ini. "Pembuatan dan merancang AuraGS ini dilatarbelakangi karena tingginya angka kecelakaan kereta api yang disebabkan oleh segala macam faktor," kata Yovita saat ditemui Liputan6.com di Kampus Ubaya, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 10 Januari 2017.
Dia menerangkan, tingginya kecelakaan di perlintasan kereta sebidang itu dikarenakan sejumlah faktor. Mulai dari masih banyak perlintasan yang tidak terdapat palang pintu, palang pintu yang tidak ada punya sumber listrik atau kurang pasokan listrik, sampai pada kelalaian petugas dalam menutup palang pintu perlintasan.
Baca Juga
AuraGS didesain dengan tujuan untuk mengurangi angka kecelakaan kereta api akibat faktor-faktor itu. Menurut mahasiswi semester VI itu, alat ciptaan timnya ini sangat cocok diterapkan di perlintasan yang berada di daerah-daerah terpencil dengan palang pintu yang minim pasokan listrik.
"AuraGS menggunakan aki sebagai sumber daya energi, sehingga bisa mengakomodir daerah yang memiliki palang pintu kereta api dengan keterbatasan sumber daya listrik," ujar Yovita.
Yovita menjelaskan, aki yang digunakan juga sudah terbilang canggih. Aki itu sudah dibuat agar bisa menyimpan energi listrik sendiri dengan memanfaatkan baling-baling yang digerakkan oleh angin saat kereta api melintas.
"Putaran baling-baling akan dikonversi menjadi energi listrik melalui converter, yang selanjutnya dialirkan menuju aki untuk mengisi daya aki," ujar Yovita.
Pada AuraGS terdapat dua macam sensor, yaitu sensor mekanik sebagai sensor utama dan sensor foto sebagai sensor pembantu. Sensor foto bersifat sensor pengganti yang bekerja saat terjadi kegagalan sistem pada sensor mekanik.
Untuk menguji alat ini, tim mengadakan survei dan berkonsultasi dengan PT Kereta Api Indonesia. Terutama, untuk mengetahui standar-standar keamanan yang ada.
Selain itu, Anthoni menambahkan, alat yang masih berupa prototipe ini menggunakan perbandingan 1:2 dengan palang pintu yang asli sehingga benar-benar mirip. Rinciannya, panjang palang pintu empat meter dan tinggi satu meter.
"Untuk ukuran baling-baling dibuat seperti ukuran aslinya yaitu tingginya 1,8 meter. Tim memanfaatkan fan indoor AC bekas yang dirakit dengan baja untuk menjadi baling-baling. Nantinya, baling-baling akan diletakkan 1,2 meter dari rel kereta," ucap Anthoni.
Sementara itu, dosen pembimbing ketiga mahasiswa Ubaya, Sunardi Tjandra menjelaskan, AuraGS telah memperoleh beberapa prestasi di antaranya Juara 1 Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Pimus) 2014 Cabang Karya Tulis Ilmiah, Medali Perak International Invention, Inovation, and Design 2015 di Johor, Malaysia.
"Dalam Pimus dan International Invention, Inovation, and Design 2015 di Johor itu hanya untuk perancangan sistem saja, kemudian baru dikembangkan sehingga menghasilkan prototipe dengan skala perbandingan 1:2 ini," ujar dia.
"Selain itu, AuraGS juga pernah menerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) oleh Kemenristekdikti Periode Pendanaan 2016," tutur Sunardi.
Advertisement