Sukses

Perang Mulut di Medsos Picu Tawuran 4 Desa

Sedikitnya 120 rumah warga Blok Bojong, Desa Curug, rusak parah karena diamuk ribuan massa.

Liputan6.com, Indramayu - Jajaran Satuan Reskrim Polres Indramayu terus melakukan penyelidikan terkait pecahnya bentrokan antarwarga yang melibatkan empat desa di Indramayu, Jawa Barat, Selasa sore 10 Januari 2017. Polisi juga memburu para provokator 'perang' antarwarga yang diduga gara-gara 'perang mulut' di sosial media.

Kapolres Indramayu AKBP Eko Sulistyo Basuki menyebutkan, situasi saat ini sudah berangsur normal dan mulai  kondusif. "Di lokasi juga telah ditempatkan sebanyak 700 personel gabungam dari Kodim Indramayu, Arhanud Kroya, serta Brimob Polda Jabar," ujar Eko, Rabu (11/1/2017).

Selain melakukan penyelidikan di lokasi, Polres Indramayu juga akan mengidentifikasi pelaku pengerusakan rumah. Dari data yang dihimpun, akibat provokasi di sosial media berbuntut penyerangan ini, sedikitnya 120 rumah warga Blok Bojong, Desa Curug, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu rusak parah karena diamuk ribuan massa. Kerugian akibat kerusakan itu ditaksir mencapai miliaran rupiah.

Diduga, aksi pengerusakan itu dilakukan warga desa tetangganya di jalur utama Pantura yang merupakan gabungan Desa Bulak, Desa Parean Girang, dan Desa Peran Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Insiden penyerbuan terjadi pada Selasa sore kemarin.

Ribuan warga dari tiga desa menyerang ratusan rumah warga Desa Curug dengan membawa berbagai macam senjata, dari barang tumpul sampai senjata tajam seperti golok, celurit, dan pisau.

Eko mengatakan, seluruh tokoh masyarakat desa yang berseteru sudah dipanggil ke kantor balai desa. Mereka diminta untuk menahan warganya untuk tidak lagi melakukan penyerbuan.

Eko menjelaskan, pihaknya masih terus melakukan penjagaan ketat, Polres Indramayu menyatakan akan bertindak tegas bila terjadi aksi serangan susulan oleh warga. Hingga saat ini, polisi masih berjaga-jaga di sepanjang perbatasan.

"Jika masih ada warga yang menyerang, kami akan bertindak tegas," tutur dia.

Dari hasil penyelidikan, insiden penyerangan ribuan warga itu dipicu percekcokan antarwarga di media sosial menyusul adanya kecelakaan tunggal di Bojong yang menewaskan seorang warga Parean. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba beredar informasi yang keliru hingga terjadi debat dan cekcok antarwarga di media sosial.

"Dari provokasi itu, lalu muncul ketegangan hingga berujung penyerangan," tutur Eko.

Kepolisian kini tengah menelusuri penyebab pasti percekcokan antarwarga. Termasuk menelusuri siapa provokator di medsos yang memanaskan situasi hingga memicu tawuran antarwarga ini.

"Kami minta warga harus berhati-hati dengan medsos. Dampaknya bisa sangat serius. Kami akan telusuri siapa-siapa yang memprovokasi lewat sosmed dalam insiden penyerangan itu," ucap Eko.

Kendati situasi sudah terkendali, namun ratusan warga Bojong belum berani pulang ke rumahnya. Aparat gabungan polisi, TNI, dan Satpol PP berjaga-jaga sepanjang malam di hunian padat penduduk yang sudah ditinggal penghuninya tersebut.

"Kita akan kumpulkan lagi tokoh warga yang terlibat termasuk kuwu dan aparat desa. Kita ingin minta pertanggungjawaban yang sudah memprovokasi penyerangan ini lewat sosmed," kata Eko.