Sukses

Antisipasi Sengatan Harga Cabai dengan Cara Orde Baru

Tak semua cara Orde Baru buruk. Salah satunya bisa diterapkan untuk mengantisipasi panasnya harga cabai.

Liputan6.com, Palembang - Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bekerja sama dengan Bank Indonesia setempat akan mendorong pengembangan apotek keluarga. Upaya ini dinilai bisa jadi solusi jika terjadi kenaikan harga cabai.

Kepala Dinas Perdagangan Sumsel Permana mengatakan kegiatan apotek keluarga yang sempat popular pada era 90-an akan digalakkan kembali di masyarakat.

"Jika saja setiap keluarga memiliki apotek hidup dengan memanfaatkan sedikit lahan di pekarangan maka persoalan kenaikan harga cabai tidak akan menjadi masalah," kata Permana, di Palembang, Senin (16/1/2017), dilansir Antara.

Ia mengatakan sosialisasi akan dimulai di kampung-kampung dengan melibatkan perkumpulan para ibu-ibu rumah tangga.

"Jika tidak memungkinkan di pekarangan sendiri, para ibu-ibu dapat memanfaatkan lahan secara bersama-sama, misalnya memanfaatkan lahan di pekarangan kelurahan. Kelihatannya ini sepele, tapi jika dicobakan akan berdampak besar," kata Permana.

Sementara itu, harga cabai merah keriting di sejumlah pasar tradisional Kota Palembang seperti Pasar Lemabang, Pasar Perumnas, dan Pasar 26 Ilir masih bertahan di harga tinggi yakni Rp 60.000/kg.

Kenaikan harga dari biasanya hanya Rp 25.000-Rp 30.000/kg ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir.

Menurut Permana, kenaikan harga ini disebabkan banyak faktor, di antaranya kurangnya pasokan dari sentra produksi di Jawa lantaran gagal panen.

"Karena harga di Jawa sendiri sudah tinggi yakni Rp 100.000/kg, jadi pemasok enggan mengirim ke Sumsel. Walhasil, Sumsel hanya ditopang dari daerah sendiri seperti dari Pagaralam, Banyuasin, dan Ogan Ilir," kata dia.

Ia mengungkapkan sejauh ini Sumsel defisit pasokan sekitar 15 ton cabai per hari.