Liputan6.com, Jayapura – Tak terima ditegur rekannya sendiri, anggota Polres Jayawijaya, Bripda SW, menodongkan senjata revolver yang dipegangnya ke arah Bripol UR, anggota Polres Jayapura. Kedua polisi itu sempat adu jotos.
Perkelahian sesama anggota Korps Bhayangkara ini terjadi karena SW tak terima diajak bicara baik-baik. SW emosi dan marah-marah dalam menyelesaikan kasus tilang motor yang ditahan oleh Lantas Polres Jayapura sejak 18 Januari lalu.
"Saya prihatin atas kasus ini dan lebih kepada kesalahpahaman antara anggota. SW datang tanpa pakaian dinas dan menodongkan senjata, lalu sempat juga melarikan diri," ujar Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, Kamis, 19 Januari 2017.
Paulus menyebutkan, akibat kejadian ini, SW terpaksa ditembak di bagian betisnya oleh anggota lain. SW dilumpuhkan karena terus melawan dan tak mau diajak bicara baik-baik.
"Karena SW melawan, tetap dilumpuhkan oleh anggota yang melihat kejadian ini," kata dia.
Baca Juga
SW kini menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Jayapura. Kasus ini sedang didalami oleh Propam Polda Papua.
Paulus pun menambahkan pentingnya mengulang tes psikologi kepada setiap anggota polisi, khususnya bagi yang memegang senjata api. Sebab, siapa pun bisa lepas kendali karena emosi ketika mempunyai senjata.
"Kita memang lemah, kadang ada juga polisi bintara baru yang terlibat narkoba dan menggunakan senjata api sembarangan," kata dia.
Beberapa anggota polisi di Papua, ujar dia, juga banyak yang tak mendapatkan rekomendasi memiliki senjata. Tetapi karena tuntutan profesi, misalnya sebagai ajudan ataupun pengawalan lainnya, diberikan rekomendasi kepemilikan senjata itu.
"Paling tidak, kami akan melihat kembali rekomendasi tersebut dan harus dilakukan tes ulang psikologi dan kejiwaan, terutama bagi anggota yang mendapatkan rekomendasi khusus tersebut," ucap Paulus.