Liputan6.com, Yogyakarta - Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X meminta, agar sementara waktu ini jangan ada transaksi jual-beli hewan di Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, berkenaan dengan kabar merebaknya penyakit antraks. Pesan ini harus ditaati sampai ada hasil laboratorium keluar terkait antraks itu.
"Tidak ada KLB (Kejadian Luar Biasa) Antraks di Jogja, saya belum terima hasil labnya. Sebelum ada hasil lab tidak bisa mengatakan antraks, harus ada dasarnya," ujar Sultan HB X di Keraton, Yogyakarta, Sabtu, 21 Januari 2017.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian dilakukan lantaran belasan warga dari Dusun Ngroto, Ngaglik, dan Penggung, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo merasakan gejala yang sama di kulit. Hal itu dialami mereka setelah mengonsumsi daging sapi yang saat disembelih dalam keadaan sakit. Setelah diperiksa, mereka terindikasi penyakit antraks.
Menurut Sultan, sosialisasi sudah dilakukan di Kulon Progo sebagai antisipasi awal sembari menunggu hasil laboratorium. Kalau hasil sudah keluar, tutur Sultan, baru bisa ditindaklanjuti penanganannya.
Sri Sultan pun mengimbau masyarakat tidak perlu membesar-besarkan persoalan ini dan mengaitkan banyak hal dengan antraks. Sebab, antraks juga tidak menular dari orang ke orang. Apalagi penyakit itu bisa disembuhkan.
Adapun dokter hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Widagdo Sri Nugroho mengungkapkan, apabila ada daerah yang diindikasi terdapat kasus antraks, seharusnya wilayah itu ditutup untuk mencegah penyebaran.
"Prinsipnya, lalu lintas hewan dihentikan," ucap dia.
Setelah itu dilakukan prosedur cuci hama dari daerah yang mengalami kasus antraks, termasuk pemusnahan hewan yang terkena serta barang-barang di sekitar dan kontak langsung dengan hewan tersebut. "Setelah itu, hewan yang berada di sekitar lokasi kejadian diberi pengobatan dan vaksinasi," ujar Widagdo.