Sukses

Sisik Ikan Gurami Bisa Cegah Lubang di Gigi, Bagaimana Caranya?

Pemanfaatan sisik ikan gurami itu juga mengantarkan dua mahasiswa UGM menyabet juara pertama dalam kompetisi riset mahasiswa Kedokteran Gigi

Liputan6.com, Yogyakarta - Sisik ikan gurami mengantarkan dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM, Diana Fitri Muslimah dan Adityakrisna Yoshi Putra Wigianto, menyabet juara pertama dalam kompetisi riset mahasiswa Kedokteran Gigi Tingkat ASEAN (Dental Student Research Competition) 2017.

Mereka mengangkat potensi pemanfaatan sisik ikan gurami sebagai bahan remineralisasi dalam pencegahan gigi berlubang. Adit mengungkapkan, sisik ikan gurami dipilih sebagai bahan remineralisasi karena mengandung senyawa kalsium yang tinggi dan mampu mencegah terjadinya proses pelubangan pada gigi.

"Kalau dibandingkan sisik ikan lain, sisik ikan gurami yang lebih tinggi senyawa kalsiumnya, yakni 7,5 persen, sedangkan yang lain hanya 2 persen," ujar Adit, Senin, 23 Januari 2017.

Menurut dia, selama ini sisik ikan gurami hanya digunakan sebagai bahan kerajinan dan belum dimanfaatkan secara optimal di bidang biomedis. Maka itu, ia dan rekannya memanfaatkan limbah sisik ikan berupa pasta nano kalsium.

Proses pembuatan pasta itu dilakukan dengan mengolah sisik ikan gurami ke dalam bentuk serbuk berukuran nano untuk memudahkan proses remineralisasi. Selanjutnya, serbuk yang didapat dicampur dengan gliserin hingga berbentuk pasta.

"Pasta nano kalsium yang dapat digunakan untuk mencegah gigi berlubang," kata Diana.

Khasiat pasta sisik ikan guram tersebut telah diuji coba pada gigi marmut Cavia cobaya. Hasilnya, pasta ini mampu mencegah gigi berlubang seperti halnya dengan bahan remineralisasi yang ada di pasaran.

Diana menambahkan dari uji kadar kalsium dan fosfat menunjukkan pasta sisik ikan gurami ini mampu meningkatkan kadar mineral gigi hingga 30 persen.

"Pasta nano kalsium berbahan sisik ikan gurami ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, apalagi ketersediaan sisik ikan gurami sangat melimpah di Indonesia dan belum dimanfaatkan secara maksimal," ucap dia.

Kompetisi yang digelar di FKG UGM pada 14 Januari lalu ini diikuti 29 tim dari sejumlah perguruan tinggi yang berasal dari berbagai negara anggota ASEAN.

Video Terkini