Liputan6.com, Cirebon - Warga Tionghoa kini bersiap menyambut perayaan Imlek di Cirebon. Sejumlah wihara mulai berbenah mempercantik diri untuk menyambut tahun baru Imlek ini. Sedikitnya, 12 dewa dewi kepercayaan masyarakat Tionghoa akan diarak mengelilingi Kota Cirebon.
Diikuti oleh sejumlah wihara dari daerah lain di luar Kota Cirebon, arak-arakan tersebut akan menjadi puncak perayaan Imlek, yakni Cap Go Meh. Pengurus Vihara Welas Asih Cirebon, Iyan menyampaikan, cap go meh akan digelar pada 11 Februari 2017 dengan estimasi peserta sebanyak 2.000 orang.
Pada perayaan Cap Go Meh ini, 12 dewa dewi akan diarak menggunakan Joly Joly atau tandu dengan titik keberangkatan dari Vihara Welas Asih. Bersama masyarakat pribumi, para dewa dewi akan melewati Jalan Pasuketan, Pekiringan, Sukalila, Karanggetas, Winaon, Kanoman, Talang, Kebumen dan kembali ke Vihara Welas Asih.
"Ini bagian dari tradisi kami di Cirebon dan dijadikan sebagai agenda tahunan Pemkot Cirebon mengisi perayaan Imlek," katat Iyan, Selasa, 24 Januari 2017.
Dia mengaku sudah mempersiapkan semua kebutuhan dalam perayaan Cap Go Meh. Bahkan, tandu untuk para dewa dewi kepercayaan umat Tionghoa akan dihias secantik mungkin.
Baca Juga
Dia mengatakan, pada persiapan Cap Go Meh, masing-masing Vihara di Cirebon mengeluarkan dewa dewinya. Untuk Vihara Welas Asih yakni Dewa Kwan Te Kun atau Dewa Panglima Perang, Dewi Welas Asih atau Kwan Im Po Sat, yang ketiga Dewa Thian Siang Seng Bo atau Dewa Laut, selanjutnya adalah Dewa Hok Tek Ceng Sin atau Dewa Bumi, yang terakhir adalah, Hian Thian Siang Te atau Panglima Perang.
"Jadi masing-masing vihara yang ikut arak-arakan nanti mengeluarkan dewa dewinya masing-masing. Kami tidak tahu dewa dewi apa yang dikeluarkan nanti," ujar Iyan.
Namun, semarak perayaan Imlek di Vihara Welas Asih tahun ini tidak lagi menyalakan kembang api seperti tahun lalu. Iyan beralasan penghentian itu akibat tidak ada suplai dari Jakarta.
Selain itu, minimnya sumbangan dana mengakibatkan tidak mampu membeli kembang api dalam berbagai ukuran dan jenis. "Tapi, kami yakin Imlek tahun ini tetap meriah bahkan lebih meriah dari tahun lalu," kata Iyan.
Ritual Mandikan Rupang Dewa
Di lokasi berbeda, pengurus dan puluhan umat Tri Dharma Klenteng Hong San Ko Tee atau yang lebih dikenal sebagai Klenteng Cokro, Surabaya, membersihkan ratusan patung dewa mereka (rupang) seminggu jelang perayaan imlek.
Â
Pantauan Liputan6.com, lebih dari 200 patung dewa dibersihkan oleh puluhan umat dari klenteng yang terletak di jalan Cokroaminoto, Surabaya, Jawa Timur ini. Menurut Suhu Gunawan, salah satu penasehat spiritual di Klenteng Hong San Ko Tee, pencucian ratusan rupang tersebut bertujuan untuk menyucikan yang sebelumnya telah disucikan.
"Prosesi menyucikan patung dewa ini adalah kegiatan yang rutin digelar tiap tahun dan pembersihan ini dilakukan jelang pergantian Tahun Baru Imlek (Tiongkok) memasuki tahun 2568 yang merupakan tahun ayam dengan unsur elemen api," tutur Suhu Gunawan kepada Liputan6.com, Sabtu, 21 Januari 2017.
Para pengurus menyucikan ratusan rupang tersebut dengan menggunakan bunga mawar merah hingga memakai sabun sebelum dikeringkan dengan kain lap. Dengan ritual itu, patung dewa bisa terlihat baru kembali sehingga rezeki umat akan ikut baru dan lancar.
Â
"Prosesinya sendiri penyucian rupang patung dewa ini dilakukan sehari sebelumnya kemarin malam juga dilakukan ritual mandi rupang dewa ini. Umat menggelar upacara mengantar dewa ke nirwana, setelah itu dilanjutkan dengan ritual membersihkan rupang dewa yang dilaksanakan pada hari ini," tutur Gunawan.
Terkait peruntungan pada Imlek 2017, Gunawan menjelaskan di tahun ayam api ini, khususnya bagi yang memiliki shio ayam, sangat menguntungkan. "Bagi yang memiliki shio ayam dan ingin sukses, ini adalah tahun yang tepat terutama bagi mereka mereka atau umat yang bergelut di dunia ekonomi bisnis," tutur pria berubuh subur ini.
Â
Namun, menurut Gunawan, keberuntungan itu tidak hanya berlaku bagi mereka bershio ayam saja. "Mereka yang dapat keberuntungan pada tahun ayam ini tidak hanya yang beshio ayam saja, tetapi ini berlaku untuk semua segala shio juga menguntungkan bagi yang berbisnis," ujar Suhu Gunawan.
Selain umat, penyucian rupang itu diawasi oleh suhu atau pemimpin klenteng. Mereka juga tak segan turun tangan mengikuti jalannya ritual pembersihan rupang dewa bumi.
Para umat membersihkan ratusan rupang dewa dari pagi hari hingga sore, lantaran sebelum tenggelamnya marahari, ritual mandi rupang dewa harus berakhir.
Hariyoto, salah satunya umat dari klenteng Hong San Ko Tee Surabaya mengatakan, ritual bersih rupang dewa ini bertujuan untuk menyambut datangnya hari imlek yang sepekan lagi akan tiba.
Dia juga, menuturkan bahwa tradisi asli memandikan rupang dewa pada jaman dulu sebenarnya memakai dengan media teh untuk melunturkan kotoran dan karatan dari rupang.
"Tetapi ,saat ini karena modernisasi jaman, ritual membersihkan rupang sekarang memakai sampo maupun sabun," kata warga Surabaya Timur ini.
Jelang imlek tahun 2568 ini, tidak hanya ritual memandikan rupang dewa saja, tetapi juga dengan menggelar bakti sosial.
Advertisement
Serunya Pasar Semawis
Suasana gembira menyambut datangnya Tahun Baru Imlek juga terasa di Kota Semarang. Tidak saja promo makanan yang diberikan sejumlah pengelola hotel, datangnya Tahun Baru 2568 juga dimeriahkan dengan memerahnya kawasan Pecinan di Komplek Kota Lama, Semarang.
Tidak itu saja, tiga hari menjelang pergantian tahun, pasar malam atau juga disebut Pasar Imlek Semawis juga digelar. Di pasar dadakan itu tersedia jajanan, produk, hingga sejumlah sketsa yang menampilkan gambar-gambar kawasan Pecinan di Semarang.
Kemeriahan penyambutan Tahun Baru Imlek 2568 di Kota Semarang, Jawa Tengah dibuka dengan pagelaran pasar Imlek Semawis selama tiga hari di komplek Pecinan. Dengan mengusung tema Obar-Abir, perayaan yang tidak saja dilakukan oleh warga Tionghoa dan Tionghoa keturunan, namun juga seluruh warga Kota Semarang, diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan.
Dengan memanfaatkan jalan di gang sempit Pecinan, tepatnya di sepanjang Jalan Wotgandul Timur dan Jalan Gang Pinggir Semarang, selama tiga hari masyarakat bisa merasakan kemeriahan penyambut kedatangan Tahun Ayam Api.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, kepada Liputan6.com, menegaskan Tahun Baru Imlek di Kota Semarang tidak hanya dirayakan oleh warga Tionghoa saja tetapi juga oleh seluruh masyarakat di Kota Semarang.
"Perayaan tahun baru Imlek sekaligus sebagai momentum untuk mempererat persaudaraan dengan lebih menghargai keberagaman dengan saling menghormati dan menghargai," ujar sosok yang akrab disapa Hendi, Rabu, 25 Januari 2017.
Pembukaan pasar Imlek Semawis ditandai dengan pagelaran bernama Genjring Rahayu yang dimainkan secara apik oleh murid SMA Karangturi Semarang. Tarian yang menjadi salah satu bagian acara pembukaan Pasar Imlek Semawis yang ke-14 kalinya di Kota Semarang, digelar dalam rangka menyambut tahun baru Imlek 2568.
Â