Sukses

Kopi Pagi di Danau Mistis, Mengenang Kisah Cinta Tragis

Di balik kesan mistis, Danau Dendam Tak Sudah menyimpan kisah kasih tak sampai.

Liputan6.com, Bengkulu Suara air mengiringi laju selodang atau sampan kayu tanpa cadik yang dikayuh Arman Takdir di Danau Dendam Tak Sudah. Pria dua anak itu membelah pagi di danau yang indah dan penuh kesan mistis itu.

Berjarak 500 meter dari sisi danau tepat di rumpun teratai merah jambu, Arman membentang tangkul dan merendamnya ke dalam air sambil membakar sebatang rokok kretek.

Selang lima menit kemudian, dengan perlahan dia mengangkat tangkul ke permukaan, terlihat beberapa ekor ikan kecil jenis kebakang dan palau terjebak dan berpindah ke atas selodang. Arman lalu berpindah beberapa meter dan kembali merendam tangkul.

Suasana pagi di Danau Dendam Tak Sudah dijalani pria anak dua ini dengan gembira. Kilauan mentari yang muncul dari punggung pegunungan Bukit Barisan itu membawa suasana teduh dan ketenangan.

Arman mengatakan bahwa ada satu jenis ikan yang tidak boleh diambil untuk dikonsumsi yaitu jenis lele putih. Sebagian warga lokal punya keyakinan, lele putih jika dimakan akan mendatangkan musibah.

Kisah Danau Dendam Tak Sudah, menurut tetua masyarakat adat Lembak Bengkulu, diiringi legenda percintaan pasangan muda mudi yang hubungannya tidak direstui orang tua. Pemuda itu memilih untuk menceburkan diri ke dalam danau dan terus ditangisi oleh pemudi yang sangat mencintainya.

Dendam asmara yang tidak berkesudahan itu membuat masyarakat menamakan kawasan itu menjadi Danau Dendam Tak Sudah.

"Perasaan yang terus terbawa atau istilah sekarang ini baper, menjadikan kawasan ini diselimuti aroma mistis," jelas Arman sambil mereguk secangkir kopi.

Selain kisah asmara, danau ini juga menyimpan kisah mistis. Dari penuturan warga, danau ini konon dihuni seekor buaya putih tak memiliki ekor atau buaya buntung. Masyarakat sering melihat buaya muncul menjelang hari raya Idul Fitri, dan hanya sesaat.

Pernah buaya buntung ini muncul dalam waktu yang lama pada tahun 2000 lalu. Tiga hari kemudian, terjadi gempa besar berkekuatan 7,9 SR yang merenggut nyawa ratusan orang.

"Kami selalu waspada jika buaya buntung muncul di waktu tidak biasa atau bukan saat menjelang Idul Fitri, pasti itu pertanda bencana," lanjutnya.

Benny Sunandar, pemuda suku Lembak, menceritakan, kisah lain terkait penamaan Danau Dendam Tak Sudah berawal pada masa pendudukan Inggris di Bengkulu.

Saat itu pemerintahan kolonial berencana membangun waduk di kawasan itu.  Karena terjadi pertukaran wilayah jajahan antara Inggris dan Belanda, maka proyek waduk atau dam tidak pernah diselesaikan.

"Saat itu Bengkulu ditukar dengan Singapura, maka dam yang sudah dirancang itu tidak pernah diselesaikan, inilah jadinya Danau Dam tang tak sudah," terang Benny.

Danau Dendam Tak Sudah masih bertahan hingga kini. Memberi keindahan dan beragam ikan-ikan, danau mistis itu  bertahan diiringi kesan mistis dan kisah cinta.Â