Sukses

Tanah Bergerak Masih Ancam Tegal, Bocah Takut ke Sekolah

Tanah bergerak dan ambles mengakibatkan 84 rumah rusak parah dan 17 rumah roboh di Desa Dermasuci, Pangkah, Kabupaten Tegal, Jateng.

Liputan6.com, Tegal - Tanah bergerak dan ambles menyisakan penderitaan bagi warga Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Bahkan, jumlah rumah rusak akibat bencana alam tersebut terus bertambah.

Hingga hari kedua, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal dan Pemerintah Desa Dermasuci, tercatat 84 rumah kondisinya rusak parah dan 17 rumah roboh hingga tak dapat dihuni lagi oleh pemiliknya.

"Kami terus melakukan pendataan berapa jumlah rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana tanah bergerak ini. Sampai Senin siang ini tercatat 84 rumah rusak parah dan 17 rumah roboh. Jumlah ini bertambah 10 rumah rusak," ucap Kepala Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Mulyanto, Senin (30/1/2017).

Akibat kerusakan rumah yang terjadi, lebih dari 275 warga Desa setempat sejak Minggu malam, 29 Januari 2017, mengungsi ke rumah-rumah tetangga dan kerabatnya yang aman.

Tak hanya itu, bencana tanah bergerak juga mengakibatkan aliran listrik PLN terputus. Sebab, sejumlah tiang dan kabel listrik putus. Warga yang tetap bertahan di kediaman masing-masing merasakan gelap gulita sejak Minggu hingga Senin dini hari tadi.

Hingga kini, lanjut Mulyanto, warga dibantu tim BPBD Ubaloka dan Palang Merah Indonesia menggelar kerja bakti membersihkan puing-puing rumah warga. Mereka juga mengevakuasi barang-barang milik warga yang masih di dalam rumah yang hampir roboh.

"Sekarang ini warga dan tim gabungan kembali melanjutkan kerja bakti bersih-bersih puing-puing bangunan rumah dan evakuasi harta benda. Karena banyak rumah warga yang rusak dan membahayakan jika dipaksakan untuk ditinggali," dia menambahkan.

Tanah bergerak dan ambles di Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Tegal, Jateng, merobohkan 17 rumah dan mengakibatkan 84 rumah rusak parah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Warga dengan dibantu tim gabungan secara bergotong royong juga merobohkan rumah yang rusak parah dan hampir roboh. Sebab, jika tak dirobohkan akan menimbulkan bahaya. Di sisi lain, hingga kini pergerakan tanah yang terjadi masih dirasakan warga setempat.

"Sejak Minggu malam kemarin, warga sudah mulai mengungsi ke tempat-tempat aman seperti di rumah kerabat dan tetangganya. Kami juga persilakan warga yang ingin menggunakan balai desa untuk tempat tinggal sementara warga," Mulyanto memungkasi penjelasan mengenai kondisi terkini desanya usai bencana tanah bergerak dan ambles.

2 dari 2 halaman

Anak-Anak Trauma Bencana

Sementara itu, sejumlah anak korban bencana mengaku masih trauma dengan tanah bergerak dan ambles tersebut. Mereka bahkan takut berangkat ke sekolah karena khawatir bencana serupa kembali terjadi. Terlebih hingga kini bencana tanah bergerak masih bisa dirasakan dan kembali terjadi.

"Enggak mau berangkat sekolah dululah, takut nanti bencana tanah bergerak terjadi lagi. Karena sekolah saya juga berada di daerah perbukitan yang rawan ambles," tutur Aliya (13), seorang bocah korban bencana tanah bergerak di Tegal.

Ia dan beberapa bocah lainnya yang tempat tinggalnya rusak parah akibat bencana tanah bergerak, enggan berangkat ke sekolah. Selain masih trauma, mereka mengaku juga kehilangan semangat belajar setelah tempat tinggalnya rusak parah dan nyaris roboh.

"Masih kepikiran nanti kalau pas belajar di sekolah tiba-tiba ada bencana tanah bergerak. Lebih baik saya enggak berangkat dulu, dan juga rumah saya rusak seperti ini dan harus mengungsi dulu untuk sementara waktu," ujar Aliya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, ratusan warga Desa Dermasuci yang rumahnya rusak parah dan tak bisa dihuni, kini mengungsi ke beberapa tempat. Termasuk, rumah tetangga, kerabat, dan balai desa setempat.

Tanah bergerak dan ambles di Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Tegal, Jateng, merobohkan 17 rumah dan mengakibatkan 84 rumah rusak parah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Bantuan logistik yang diterima kepada ratusan warga yang mengungsi masih minim. Hanya mi instan dan beras yang disalurkan Pemkab Tegal melalui BPBD. Padahal, mereka membutuhkan pakaian pantas pakai dan keperluan untuk MCK (mandi, cuci, dan kakus).

Ironisnya, sebuah tenda darurat yang dibuat oleh BPBD belum bisa digunakan warga yang mengungsi untuk berteduh sementara. Sebab, tidak tersedia karpet ataupun alas untuk berteduh dan beristirahat sementara.

Kondisi ini diperparah dengan cuaca hujan deras yang turun sejak Minggu malam hingga Senin dini hari tadi. Karena khawatir terjadinya bencana tanah bergerak susulan, warga pun harus berjaga 24 jam penuh untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi secara dini.

Tak sedikit pula, warga yang harus terpaksa tidur dan beristirahat di teras rumah akibat trauma dengan bencana tanah bergerak susulan yang kembali terjadi dan mengancam rumah mereka.

Video Terkini