Sukses

Kisah Si Badut Dermawan, Guru Warga Buta Huruf

Materi yang paling dasar bagi mereka yang buta huruf adalah pengenalan huruf, mulai dari A hingga Z.

Liputan6.com, Surabaya - Harris Rizki rela menjadi badut pengajar bagi warga buta huruf . Dia tak mau jadi badut pada umumnya yang hanya memberi suasana kegembiraan serta keceriaan, seperti halnya di dalam acara ulang tahun, khitanan, dan sebagainya.

Pria asal Surabaya, Jawa Timur ini rela mendandani dirinya menjadi seorang badut hanya untuk mendedikasikan hidupnya di sektor pendidikan bagi warga kampung. Utamanya untuk mengajari mereka yang buta huruf.

"Saya keluar masuk kampung untuk mengajari warga yang buta aksara," tutur Harris kepada Liputan6.com di Kampung Pawiyatan, Surabaya, Senin (30/1/2017).

Harris mengatakan, materi yang disampaikannya kepada warga berkenaan cara membaca dan menulis yang baik dan benar. Materi yang paling dasar untuk membaca dan menulis adalah pengenalan huruf, mulai dari A hingga Z.

Dia menggunakan pakaian badut supaya bisa menarik perhatian warga dan mau menerima menerima materi yang disampaikan. Dengan begitu, warga bisa santai dalam belajar dari 'sang guru'.

"Kalau memakai pakaian badut kan supaya warga merasa enjoy dan nyaman menerima materi yang saya sampaikan," ucap Harris. 

Harris mengungkapkan kegiatan sosial itu dilakoninya sejak 2015. Kegiatan itu digelar secara gratis dan reguler. Biasanya, 'sekolah baca tulis' itu dibuka dua kali seminggu.

"Dalam seminggu, biasanya saya lakukan satu sampai dua kali mengajar. Itu tergantung persetujuan warga kampung," kata Harris. 

Saat ditanya alasan di balik aksinya ini, Harris menjawab ia sangat tergerak dengan kondisi warga kampung yang masih banyak buta huruf. Padahal, dunia pendidikan saat ini terus maju dengan kecanggihan teknologi. Dirinya tidak ingin masyarakat Indonesia kalah dengan negara lain.

"Saya membagikan ilmu yang sudah saya dapat kepada warga kampung, supaya mereka bisa membaca dan menulis. Sehingga yang pasti mereka nantinya sudah tidak buta huruf lagi," ujar Harris.

2 dari 2 halaman

Ibu-Ibu Tunda Masak

Sejumlah ibu-ibu warga Kampung Pawiyatan Surabaya, tampak antusias mengikuti proses belajar mengajar yang disampaikan oleh si badut pengajar.

Ibu-ibu yang bergerombol dan beberapa di antaranya sedang menggendong anak itu sudah menunggu kedatangan si badut sejak beberapa waktu. Dengan menenteng tas besar berisi puluhan buku bacaan, kedatangan badut itu disambut sorak-sorai.

"Hore, hore badutnya datang," ujar sejumlah ibu-ibu mengiringi langkah Haris masuk kampung kecil tersebut.

Si badut tersebut langsung dikerumuni ibu-ibu dan anak-anak di sebuah tempat seperti bekas pos kamling berukuran sekitar 3 X 3 meter. Dengan riang, ibu-ibu pun mengambil posisi duduk di lantai untuk menyantap materi pelajaran.

"Senang sekali ada yang mengajari membaca dan menulis. Apalagi yang mengajari badut, jadi tidak malu," ucap Tutuk, salah seorang ibu peserta pelajaran si badut.

Bahkan, saking antusiasnya, Tutuk dan sejumlah ibu lainnya menunda kegiatan memasak di dapur. Tujuannya hanya satu, bisa belajar baca tulis bersama sang badut.

"Saya rela menunda memasak di dapur demi mendapatkan ilmu dari si badut ini," kata Tutuk.

Hal senada juga disampaikan Sutik. Dia mengaku senang ada orang seperti Harris yang peduli dengan pendidikan orang-orang kampung. Tanpa memungut bayaran, Harris datang ke kampung memberikan pelajaran membaca dan menulis bagi warga yang masih buta huruf.

"Saya belum pernah menemui ada orang seperti si badut Harris ini yang keluar masuk kampung, mengajari membaca dan menulis, termasuk yang dilakukan di kampung saya ini," ujar Sutik.