Sukses

Diorama Perang Dunia II, Belajar Sejarah Sambil Kumpulkan Rupiah

Bisnis diorama Perang Dunia II cukup lumayan untuk mendulang rupiah.

Liputan6.com, Surabaya - Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan. Pencinta miniatur biasanya sering membuat diorama untuk memamerkan model kendaraan militer, miniatur figur publik, ataupun miniatur pesawat terbang.

Hal tersebut yang mendasari Firman Hidayat untuk menggeluti bisnis diorama. Pria kelahiran 1982 itu terinspirasi dari sosok sang kakek yang pernah menjabat sebagai Panglima Komando Angkatan Laut untuk Jakarta Raya pada era Presiden Sukarno.

"Jadi pada saat itu, saya melihat album foto yang berukuran besar. Di situ ada foto Kakek bersama Pak Karno sedang keluar dari Istana Negara. Foto tersebut terlihat menarik, jadi saya buat diorama berdasarkan foto itu," tutur Firman kepada Liputan6.com di kediamannya yang berada di Jalan Kertajaya, Surabaya, Selasa, 31 Januari 2017.

Firman mengatakan dari hasil karyanya yang pertama itulah, ia banyak membuat diorama bertema Perang Dunia II. "Diorama yang yang saya buat dan mau jadi 100 persen ini mengenai peristiwa perobekan bendera di Hotel Orange atau Hotel Yamato, atau yang sekarang ini terkenal dengan nama Hotel Majapahit," kata Firman.

Firman mengaku diorama karyanya mengalami improvisasi karena pesanan dari teman-temannya, seperti diorama offroad, garasi dan perpustakaan. "Kemarin juga ada pesanan diorama mengenai tahun baru Imlek 2017," ucap Firman.

Firman menjelaskan, ada bermacam-macam tingkat kesulitan dalam pembuatan diorama ini. Di antaranya adalah dari bahan, ornamen, serta konsepnya.

"Semakin kecil dioramanya, maka akan semakin mudah pembuatannya. Tetapi jika ukurannya besar, maka detail pembuatannya juga semakin rumit," ujar Firman.

Firman menyampaikan, lama cepatnya pembuatan diorama karyanya itu tergantung dari sedikit banyaknya pesanan yang masuk. Ia pernah menyelesaikan dioramanya ini hanya dalam waktu satu hari, tiga hari, bahkan pernah sampai dua bulan.

"Diorama ini juga menggunakan bahan yang ramah lingkungan, seperti dari bahan bekas, saringan tembakau, serta pasir laut," kata Firman.

Firman menuturkan, harga diorama buatannya ini relatif terjangkau kantong masyarakat Indonesia. Ia membanderol karyanya ini mulai dari harga Rp 500 ribu sampai dengan Rp 6 juta. Akan tetapi, semua itu juga tergantung dari besar kecilnya ukuran diorama tersebut, tingkat kesulitannya, dan banyak ornamen yang dimasukkan dalam diorama tersebut.

"Pemasaran diorama ini, di Indonesia dan juga luar negeri seperti Malaysia sama Belanda. Dan omzet per bulannya berkisar antara 3 sampai 4 juta rupiah," ucap Firman.

Firman menceritakan salah satu diorama karya ini mengisahkan tentang dua orang tentara Amerika Serikat yang sedang membawa sebuah meriam yang ditarik oleh seekor kuda. "Dua prajurit itu berniat untuk menghalau serangan tentara Jerman pada perang Normendi di Eropa," ujar Firman.