Liputan6.com, Pekanbaru - Sejak disegel Polresta Pekanbaru pada Jumat, 27 Januari 2017, panti asuhan maut Yayasan Tunas Bangsa di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau menjadi perhatian masyarakat sekitar. Setiap hari, ada saja warga yang datang entah dari mana mengintip panti itu dari luar.
Mulai dari anak sekolah, PNS dan orang biasa, silih berganti hanya untuk sekedar melihat, baik dari depan, samping, bahkan dari belakang. Warga sekitar pun sering berkumpul di depan panti untuk sekedar membicarakan Lili Rachmawati, sang pemilik yayasan tersebut.
Seiring datangnya malam, warga satu per satu meninggalkan lokasi panti. Cerita horor kemudian mulai menghantui warga sekitar tentang adanya teriakan bayi pada malam hari sejak panti itu kosong karena anak-anak di sana dievakuasi.
Advertisement
"Kalau malam, sejak kasus ini terungkap, ada yang meninggal, ada warga yang mendengar tangisan bayi. Ada pula yang mendengar teriakan minta tolong dari dalam," kata warga di lokasi yang mengaku bernama Budi Rabu, 1 Januari 2017.
Baca Juga
Padahal, tambah pria berbadan tambun ini, sudah tidak ada lagi orang tinggal di dalam panti asuhan. Dia pun mengaku sudah pernah mengecek sumber suara itu, tapi tidak pernah ditemukannya.
"Mungkin masih ada orang di dalam. Kan ada beberapa ruang rahasia di sana, mungkin ada anak yang masih terkurung. Tapi sudah dicek kepolisian, hasilnya tidak ada. Entah dari mana sumber suara itu," sebut Budi.
Keanehan lainnya, tambah Budi, ada beberapa kain sarung yang terpasang secara tiba-tiba sejak malam penyegelan itu. Padahal ketika polisi datang, setiap kaca di jendela tidak ada penutup. Kalaupun ada, hanya kain yang sudah usang.
"Itu sarung yang di jendela itu, sebelumnya tidak ada. Entah siapa yang masang, padahal ketika polisi menyegel, tidak ada sarung di sana," sebut Budi.
Seorang ibu bernama Widi, menyebut dirinya memang merasa agak aneh ketika melintas di samping panti pada malam hari. Hal itu dirasakannya sejak ada kabar yang menyebut ada enam anak yang sudah meninggal di lokasi tersebut.
"Kabarnya begitu. Tapi selama saya tinggal di sini, tidak pernah melihat Lili membawa anak yang sudah meninggal keluar. Makanya kalau malam, saya agak aneh, agak seram juga kalau lewat samping panti ini," kata Widi.
Berdasarkan pengakuan saksi yang diperiksa kepolisian, ada yang menyebut enam anak panti meninggal secara tak wajar di lokasi tersebut. Semuanya dibawa secara diam-diam oleh Lili, hingga makamnya tidak pernah ditemukan.
Kepolisian sendiri sempat mencurigai ruangan kosong di bawah tanah dalam panti. Begitu digali, petugas tidak menemukan adanya jasad ataupun tulang belulang di ruangan itu.
Terkait adanya dugaan penganiayaan anak di panti, selain M Ziqli yang sudah meninggal, warga sekitar mengaku kerap mendengar ada teriakan dan tangisan sewaktu panti itu masih aktif.
"Kalau bayi menangis dan anak berteriak kesakitan, sering di dengar. Saya juga sering mendengar suami Lili itu marah-marah‎. Kan kebun kami tepat berada di belakang panti," kata warga bernama Sumiati, yang tinggal sekitar 10 meter dari panti tersebut.
Sumiati pernah mendengar kabar Lili membawa tubuh tak bernyawa keluar dari panti asuhan maut. Hanya saja, perempuan yang pernah menjadi guru ngaji Lili itu tidak melihatnya langsung.
"Kabarnya ada dulu dibawa secara diam-diam tengah malam pakai mobil panti. Tapi entah kemana tujuannya. Kalau yang meninggal itu, baru M Ziqli yang ketahuan dan dikuburkan di Jalan Seroja sana," kata istri dari Suwarno, mantan RW setempat itu.