Sukses

Perairan Batam Sering Jadi Kantong Sampah Tumpahan Minyak Hitam

Pencemaran yang terjadi akibat limbah minyak di perairan Batam kerap terjadi. Terutama setiap memasuki musim angin utara.

Liputan6.com, Batam - Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kota Batam belum memastikan tumpahan minyak hitam (sludge oil) di Pantai Nongsa berasal dari tabrakan tiga kapal di perairan Johor Malaysia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam Dendi Purnomo mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah mengambil contoh limbah tumpahan minyak.

"Dua hari lalu, sampel tumpahan limbah sudah berada di Kementerian Lingkungan Hidup bersama pihak asuransi kapal tanker (301 Wan Hai) di Singapura," kata Dendi kepada Liputan6.com, Kamis  (2/2/2017).

Kedua belah pihak akan menguji sampel tersebut secara bergantian. Hasil pengujian itu, sambung dia, untuk membuktikan apakah limbah tersebut benar berasal dari kapal tanker yang bertabrakan di perairan Malaysia.

"Dengan pencocokan kedua sampel akan terungkap hasilnya dalam dua minggu pasca-penyerahan," kata Dendi.

Dendi menyebut pengambilan sampel tumpahan minyak dilaksanakan pada Minggu pagi, 27 Januari 2017, sehari setelah ia menerima laporan. Pengambilan sampel itu juga berkoordinasi dengan Guskamla Armabar dan pihak keamanan laut Singapura.

Menurut Dendi, pencemaran yang terjadi akibat limbah minyak di perairan Batam kerap terjadi. Terutama setiap memasuki musim angin utara. Ia menduga limbah tersebut berasal dari kapal tanker yang melewati perairan Batam tujuan Singapura dan Malaysia.

"Lima tahun lalu sudah mengirimkan surat ke Kementerian Perhubungan, Kelautan, dan Luar Negeri," ucap dia.

Namun, hasil penanganan dari pusat belum membuahkan hasil yang efekti. Ia mengatakan penanganan sejauh ini hanya mengintensifkan pengawasan sehingga pencemaran tumpahan minyak tetap saja terjadi.

"Daerah tidak mempunyai kewenangan. Jika ini terulang terus, bukan hanya Batam, Laut  Indonesia tercemar pembuangan limbah," kata Dendi.

Ia menuturkan hingga saat ini, pencemaran yang sebelumnya mencapai jarak sekitar 1,2 kilometer dari bibir pantai sudah mulai berkurang karena terserap pantai. Meski begitu, masih ada sisa tumpahan minyak yang mengapung di permukaan laut.