Liputan6.com, Bengkulu - Pulau Enggano sebagai wilayah terluar Indonesia bagian barat dan berada di Samudra Hindia dipastikan akan terang benderang dengan pasokan listrik pada akhir 2017 mendatang. Kendati hingga kini belum dialiri listrik, suasana pagi di pulau mungil tersebut tetap memesona.
Warga di enam desa dalam kecamatan Enggano selama ini masih menggantungkan listrik dari swadaya menggunakan generator pribadi dan listrik tenaga surya. Kini, mereka dijanjikan akan dibangun jaringan listrik oleh PLN melalui program listrik masuk desa.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu Oktaviano mengatakan, hasil koordinasi pihaknya dengan PT PLN wilayah Sumatra Bagian Selatan memastikan jaringan kelistrikan Pulau Enggano saat ini sudah mulai dikerjakan.
Advertisement
Seluruh wilayah di enam desa itu akan tersentuh jaringan listrik yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 6 megawatt.
"Akhir tahun ini juga kami pastikan Enggano akan terang-benderang," ujar Oktaviano di Bengkulu, Jumat, 10 Februari 2017.
Selain pulau terluar itu, listrik masuk desa akan menjangkau sebanyak 28 Desa se-Bengkulu yang selama ini juga belum mendapat pasokan aliran listrik. Terdiri dari 12 desa di Bengkulu Utara, 11 desa di Kabupaten Mukomuko dan lima desa di Kabupaten Seluma. Semuanya akan mulai dikerjakan hingga 2018 mendatang.
Kendala utama pasokan listrik untuk menembus desa desa terpencil itu, kata Oktaviano, adalah akses jalan dan kondisi alam lain seperti banyaknya pepohonan besar dan jalur yang tidak stabil.
Kondisi topografi Bengkulu memang dikelilingi kawasan Bukit Barisan dan beberapa akses jalan yang masih merupakan jalan desa yang berlumpur.
Baca Juga
"PLN tidak memiliki anggaran untuk melakukan tebas bayang dan keterbatasan anggaran ganti rugi lahan, ini yang akan kita cari jalan keluarnya," kata Oktaviano.
Noca Alinin, warga Kabupaten Seluma, mengatakan salah satu desa, yaitu Penago Baru, yang berada di Kecamatan Semidang Alas Ilir saat ini sangat membutuhkan aliran listrik. Menurut dia, kondisi jalan yang sangat parah mengakibatkan masyarakat kesulitan untuk berkomunikasi dengan pihak luar.
Namun setelah dicek di data base program listrik masuk desa, daerah tersebut tidak masuk dalam daftar prioritas. Data di Dinas ESDM sempat memasukkan desa tersebut dalam daftar, tetapi saat disinkronisasi dengan PLN ternyata tidak ada lagi.
"Kami pernah menolak bantuan bibit sawit dari pemerintah, sebab yang kami butuhkan saat ini adalah listrik, tidak ada yang lain, tolonglah pemerintah perhatikan nasib kami," kata Noca Alinin.