Liputan6.com, Palembang - Kampung Al-Munawar, Kelurahan 13 Ulu Palembang terkenal sebagai permukiman para keturunan etnis Arab di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Selain bisa melihat peninggalan bangunan kuno, Anda juga mencicipi beragam jenis makanan tradisional yang disajikan di tiap rumah warga.
Saat Liputan6.com berkunjung ke kampung Arab itu, ada salah satu jajanan tradisional yang sudah jarang ditemukan yaitu permen Gula Palu, atau sering disebut Gulali.
Yang menjadi daya tarik pengunjung untuk bertandang ke lapak jualan ini bukan Gulali semata, tetapi juga pedagangnya yang masih anak-anak. Ada tiga anak perempuan yang menawarkan jajanan manis ini bernama Nabila Shabab (10), Talha Talita Shabab (7) dan Zulfa (7).
Advertisement
Meski usia muda, jangan remehkan kemampuan mereka. Tangan-tangan mungil mereka begitu lincahnya menguleni adonan Gulali sampai permen tersebut mengeras.
Menurut Talha, dalam keluarganya, kebiasaan membuat Gulali sudah menjadi tradisi turun temurun. Bahkan, Talha sudah belajar menguleni Gulali sejak usia 3 tahun di bawah bimbingan dari Khalatih, sapaan untuk bibi dalam Bahasa Arab.
"Sudah sejak usia tiga tahun diajarkan Khalatih. Kalau tidak ada camilan di rumah, kami sering membuat Gula Palu ini," ujar dia di sela acara Peresmian Kampung Al-Munawar sebagai salah satu tujuan wisata sejarah Palembang, Sabtu, 11 Februari 2017.
Baca Juga
Anak ketiga dari pasangan Khaidir dan Fatma ini juga fasih menyebutkan bahan baku pembuatan Gulali, seperti gula pasir, cuka dan pewarna makanan. Ia juga paham bagaimana proses pengadonannya, mulai dari proses pemasakan hingga pengadukan sampai menjadi Gulali encer.
Untuk proses menguleni Gulali hingga siap dimakan, membutuhkan waktu sekitar 15 menit, sampai Gulali berubah warna menjadi kecoklatan dan mengeras. Jika tidak, Gulali yang cair akan lengket ketika dimakan.
Namun, Gulali buatannya hanya dijual saat ada perhelatan pariwisatadi kampungnya. Sehari-hari, Talha menjalani perannya sebagai pelajar di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas 2.
"Di kampung Al-Munawar ini rumah kakek, kalau kami tinggal tak jauh dari kampung ini," ucap dia saat ditemani sang ibu.
Sama halnya dengan Zulfa, siswa kelas 2 MI ini juga sangat bersemangat melayani pelanggannya. Walau waktu itu hanya membantu Talha meramaikan lapak jualannya, Zulfa juga mahir menguleni Gulali pesanan salah satu pengunjung.
"Tangan harus bersih dan kuat saat menguleni Gulali. Kalau tidak, Gulalinya akan jatuh," ucap dia.
Atas aksi ketiga anak perempuan itu, Nurul Huda (28), salah satu pengunjung Kampung Al-Munawar Palembang mengatakan, dirinya sudah lama tidak melihat ada penjual Gulali di Palembang.
"Kalau di dekat sekolahan, memang ada yang jual tapi jarang sekali. Makanan ini harus dilestarikan agar bisa mengembalikan jajanan tradisional masa dulu," ungkap warga Kelurahan Sukabangun Palembang.