Liputan6.com, Semarang - Banjir Semarang menyita perhatian. Sejak Rabu siang, 15 Februari 2017, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu mengaku gelisah. Sesekali ia melihat ke langit di kawasan Semarang atas. Kali yang lain, ia melihat aplikasi ramalan cuaca di ponsel pintarnya.
Ketika hujan mulai turun, Ita--sapaan akrabnya--makin gelisah. Ia kemudian menelepon dan mengirim pesan kepada sejumlah pemangku wilayah, baik camat maupun lurah. Sejak itu, nyaris telepon selulernya tak berhenti berbunyi.
"Saya panik melihat Ungaran mulai hujan. Saya tanya ke teman-teman di Ungaran, kabarnya sangat deras. Padahal sungai-sungai di Kota Semarang kan rata-rata berhulu di Ungaran. Bisa terjadi banjir bandang," kata Ita kepada Liputan6.com, Kamis (16/2/2017) sesaat sebelum berangkat dinas ke Jakarta.
Advertisement
Benar saja, setelah pagi hari melihat beberapa titik longsor dan tanah bergerak, sore hari laporan mengenai banjir mulai masuk kepadanya.
Diawali dari banjir di perumahan Dinar Indah akibat luapan kali Babon. Ada 46 warga Kampung Sambong, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, yang harus diungsikan sementara karena luapan air sangat besar. Mereka membuka tenda-tenda di sekitar Masjid Ar Rahman dan Balai RW 26.
"Berdasar laporan dan cerita warga, mungkin sampai sekitar 130 sentimeter. Ada yang bercerita sampai dua meter. Tapi melihat bekasnya enggak sampai segitu," kata Ita.
Baca Juga
Rupanya banjir Kali Babon adalah banjir bandang yang hanya lewat saja. Selain cepat surut, daerah-daerah di tepian Kali Babon juga terendam banjir.
Pada Rabu malam sekitar pukul 21.00 WIB, titik terendah tanggul Kali Babon di Kecamatan Genuk, yakni di RT 03 RW 01 Sembungharjo dan RW 02 Karangroto serta Griya Utama Banjardowo, meluap.
"Banjir di Kota Semarang itu jelas. Penyebabnya curah hujan yang sangat tinggi di kawasan atas. Kondisi itu diperburuk kondisi sedimentasi sungai yang tinggi serta penuh sampah," kata Ita.
Analisis Ita didasarkan fakta. Ia dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi sudah memerintahkan dan memantau operasional pompa air untuk menguras genangan air selama 24 jam. Namun, debit air begitu tinggi.
"Yang terjadi di Banjir Kanal Timur juga sama saja. Tugas kami masih banyak. Memberi edukasi tentang kebersihan sungai menjadi salah satu yang urgen," tambah Ita.
Tanggul Sudah Kuat
Sementara itu, Camat Genuk Sumarjo menyebutkan warga sudah memasang tanggul tambahan untuk menutup ketinggian tanggul yang rendah di Karangroto. Namun, debit air memang sangat tinggi.
"Tanggul dari karung berisi pasir dan potongan pohon pisang sudah dipasang. Tanggulnya yang permanen sendiri sudah sangat kuat. Namun debit air sangat tinggi," kata Sumarjo, Kamis (16/2/2017).
Pagi ini kawasan yang dilanda banjir itu terlihat masih kotor. Warga berjibaku dengan lumpur dan membersihkannya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memerintahkan Dinas Pemadam Kebakaran untuk membantu menyemprot lumpur di pemukiman yang dilewati banjir bandang. Meski demikian, warga masih khawatir ada banjir lanjutan.
Advertisement