Sukses

2 Popok Darurat Safira, Bayi Warudoyong Korban Banjir Cirebon

Bayi pengungsi korban banjir Cirebon itu hingga kini belum memiliki popok pengganti.

Liputan6.com, Cirebon - Tabah dan sabar menjadi kunci Suratmi (27), warga Warudoyong, Kecamatan Pangenan, di tempat pengungsian korban banjir Cirebon. Sambil mengipas-ngipasi sang anak, Safira yang baru berusia 10 hari, Suratmi tak berharap banyak.

"Kami hanya butuh popok, baju, dan kain hangat untuk anak kami," ujar Suratmi, Kamis (16/2/2017).

Safira merupakan bayi yang lahir saat Cirebon rutin diguyur hujan lebat. Kondisi makin berat saat rumah orangtuanya digenangi banjir setinggi 35 cm sejak Rabu, 15 Februari 2017.

Sejak itu, kedua orangtua Safira membawanya ke pengungsian sambil berharap bisa hidup layak. Saat mengungsi itu, ibu Safira tidak membawa perlengkapan cukup, termasuk popok dan baju hangat milik Safira.

Tempat pengungsian yang ala kadarnya berdampak pada terganggunya kesehatan Safira. Suratmi mengatakan, di bagian lengan kulit sang anak mengalami bentol semacam infeksi, sehingga menimbulkan benjolan seperti nanah.

"Sudah diperiksa di dokter pengungsian. Tapi kami belum dapat popok dan baju ganti untuk anak kami," kata dia lagi.

Dia mengatakan, sejak mengungsi, Suratmi dan sang suami hanya bisa membawa dua buah popok pengganti  untuk Safira. "Popoknya sudah dipakai dan sekarang anak kami tidak pakai popok hanya diselimuti kain yang kami bawa dari rumah," ucap dia.  

Hal senada dikatakan sang ayah, Riski. Dia menuturkan, sejak banjir, dia belum sekali pun menengok rumahnya. Dia sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatan sang anak.

Dia mengatakan sejak pergi dari rumah sekitar pukul 21.00 WIB, kemarin, Safira hanya mendapat makan seadanya. "Mungkin nanti kalau cuaca sudah membaik saya tengok rumah, Mas. Sekarang masih fokus kesehatan anak dulu di pengungsian," ujar dia.

Bayi pengungsi korban banjir Cirebon itu hingga kini belum memiliki popok pengganti. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Sementara itu, bidan Puskesmas Pangenan Kabupaten Cirebon Atih Andriyanti mengatakan, secara keseluruhan jumlah pengungsi anak sebanyak 60 orang. Sebagian besar pengungsi anak banyak mengeluh sakit kepala, gatal di badan, hingga terkena ISPA.

"Untuk Bayi Safira karena infeksi bakteri Stafilococcus. Sudah diberi obat antibiotik," kata dia.

Dia menyebutkan, jumlah pengungsi yang ada di Posko Desa Pengalengan Kabupaten Cirebo sekitar 100 orang. Namun, perlahan berkurang karena sebagian besar pengungsi laki-laki pulang ke rumah masing-masing.

"Tadi pagi ramai dan di posko kami juga sempat banjir tapi makin siang makin surut dan para pengungsi laki-laki pergi mengecek rumah mereka. Kami belum tahu sampai kapan mengungsi di sini," ujar Atih.

Banjir yang melanda kawasan timur Kabupaten Cirebon diduga akibat meluapnya anak Sungai Cisanggarung. Hujan deras yang melanda kawasan Cirebon Timur selama 3 jam membuat warga tak bisa berbuat banyak. Warga hanya bisa membendung banjir seadanya di rumah masing-masing dan menyelamatkan harta benda yang ada.

Banjir Cirebon mulai menggenangi ratusan rumah warga yang berada di Kecamatan Lemahabang, Kanci, Pengenan, Gebang, Waled, Losari, hingga Kecamatan Pabedilan. Dari beberapa kecamatan tersebut, kondisi terparah di Kecamatan Kanci dan Lemahabang. Sejumlah rumah di dua kecamatan tersebut terendam banjir hingga mencapai 2,5 meter.

Banjir juga menggenangi Blok Lebak dan Pande, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Meluapnya Sungai Singaraja dan Sungai Cimanis membuat air dengan cepat masuk ke rumah warga.