Liputan6.com, Mataram - Tradisi unik Suku Sasak Lombok, Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang digelar pagi tadi di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menyisakan kekecewaan bagi ratusan pengunjung.
Pasalnya, cacing-cacing yang dinantikan sejak pagi buta tersebut tak kunjung muncul. Padahal, warga mencarinya ke tengah laut hingga nekat menerobos ombak.
"Kecewa juga sih. Kan katanya nyalenya mau muncul malam Jumat, tapi kok enggak ada. Blas, saya enggak dapat nyalenya. Bahkan, nggak ada satupun yang saya dapat," ujar Muslih (27), warga Lombok Tengah.
Advertisement
Selain Muslih, warga lainnya Anwar (23) juga mengaku kecewa dengan prosesi itu. Pemuda yang berprofesi sebagai petani itu mengaku datang jauh-jauh dari Lombok Timur bersama keluarganya dengan peralatan lengkap seperti lampu senter, jaring dan ember.
Keinginannya bertemu cacing terpaksa dipendam karena tak ada satupun cacing yang muncul. Padahal, ia sengaja bermalam di tepi pantai tanpa alas apapun demi nyale.
"Nyesel saya datang jauh-jauh. Nyalenya engak ada," ujar Aini.
Baca Juga
Ternyata, cacing-cacing laut yang dinanti sudah lebih dulu muncul sebelum acara puncak Bau Nyale digelar. Warga menduga Dinas Pariwisata setempat meleset total terkait waktu munculnya nyale.
"Salah prediksi kayaknya tuh, saya cari nyale malam Rabu pagi banyak yang saya dapat," kata Gunawan, salah seorang warga.
Tradisi Bau Nyale sudah masuk dalam agenda tahunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi ini merupakan warisan turun temurun warga Suku Sasak Lombok sejak ratusan tahun silam.
Cacing laut yang ditangkap diyakini oleh sebagian warga Lombok sebagai jelmaan Putri Mandalika yang bunuh diri dengan cara menceburkan dirinya ke laut. Alasannya, ia enggan memilih salah satu pangeran yang ingin mempersuntingnya.
Sebelum bunuh diri, Putri Mandalika berpesan kepada rakyatnya untuk datang menemuinya setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Rowot (kalender Suku Sasak) yang kini dikenal sebagai prosesi Bau Nyale.