Liputan6.com, Purwakarta - Kapan terakhir kali kamu berkunjung ke museum? Kalau sudah sangat lama, mungkin ada baiknya kamu mencoba untuk mengunjungi museum digital Bale Panyawangan Diorama Purwakarta, Jawa Barat. Di sini, kesan jadul, membosankan, dan suram yang ada di kepalamu selama ini tentang museum akan sirna seketika. Tidak percaya?
Museum yang baru diresmikan pada Februari 2015 ini diprakarsai oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Bale Panyawangan Diorama terletak di Jalan KK Singawinata, berjarak beberapa puluh meter dari Stasun Kereta Api Purwakarta. Kamu hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menit dari stasiun.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya menyajikan unsur sejarah, Bale Panyawangan Diorama juga piawai memadukan unsur tradisional dan modern. Tak heran ketika di dalam kita bisa menemukan banyak hal berbau digital sekaligus nuansa tradisi khas Sunda.
Bale Panyawangan Diorama Purwakarta menyajikan perjalanan sejarah dan perkembangan Purwakarta dari masa ke masa yang ditampilkan melalui perpaduan arsip, gambar, seni, dan teknologi. Penyajian arsip dan benda seni budaya dengan sentuhan teknologi adalah untuk mengenalkan kumpulan arsip sejarah kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami sekaligus menarik.
Museum ini dibagi ke dalam sembilan ruang (1) Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana, menyajikan Sejarah Tatar Sunda, (2) Bale Prabu Niskala Wastukancana, merupakan hall of fame yang menampilkan sosok para pemimpin Purwakarta, (3) Bale Prabu Dewaniskala, menggambarkan Purwakarta pada masa pengaruh Mataram, VOC dan Hindia Belanda dalam rentang waktu tahun 1620-1799, (4) Bale Prabu Ningratwangi, menyajikan Purwakarta pada masa Hindia Belanda tahun 1800-1942, (5) Bale Prabu Jayaningrat, menampilkan gambaran Purwakarta pada masa pergerakan nasional dan masa pendudukan Jepang.
Selanjutnya, ruang (6) Bale Prabu Ratudewata, menyajikan keadaan Purwakarta pada masa kemerdekaan 1945-1950, dimulai dengan Peristiwa Rengasdengklok, dan pada zaman Demokrasi Liberal tahun 1950-1959, (7) Bale Prabu Nilakendra, menampilkan Purwakarta pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1967, (8) Bale Prabu Surawisesa, menyajikan Purwakarta pada masa pemerintahan 1968-1998, serta Era Reformasi 1998 hingga sekarang, dan (9) Bale Ki Pamanah Rasa, memberikan gambaran “Digjaya Purwakarta Istimewa” tahun 2008-2018.
Buku Bercerita
Dalam setiap ruang dan bagian menyajikan gambar, tulisan, bahkan benda-benda koleksi yang menarik. Di situ kita dapat menikmati diorama perang perlawanan Darem Sumeren, buku raksasa sejarah Purwakarta yang bisa bercerita, patung proklamator kemerdekaan Indonesia, dan aneka wayang tradisional. Kita bisa melihat miniatur penggambaran peristiwa penting di Purwakarta, seperti Perang Rancadarah.
Jangan ketinggalan juga untuk mencoba menaiki sepeda ontel. Melalui sebuah televisi LCD di depan, kamu akan merasakan pengalaman baru mengelilingi Kota Purwakarta secara digital. Tujuan maupun arah bisa kamu tentukan dan setel sendiri.
Benda lain yang cukup menarik perhatian adalah buku raksasa yang bisa bercerita. Begitu membuka halaman, si buku akan mulai bercerita mengenai sejarah yang mewarnai tanah Purwakarta, mulai dari zaman prasejarah, zaman kerajaan, hingga zaman pendudukan Belanda.
Salah satu bagian yang juga menarik perhatian pengunjung tentu saja ruangan Kemerdekaan Indonesia. Adrenalin nasionalisme kamu akan terpacu ketika memasuki ruangan ini. Ada suara lagu perjuangan yang menyambut wisatawan. Tak hanya itu, ada dua foto dan dua lukisan timbul proklamator Indonesia, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta. Tak ketinggalan ornamen bendera Indonesia dan burung Garuda. Tak heran tempat ini jadi lokasi favorit untuk berfoto, di samping juga kamu dapat merasakan sensasi getaran nasionalisme yang luar biasa di sini.
Dhani, seorang wisatawan asal Bogor, Jawa Barat mengaku senang berkunjung ke museum ini. Sebab dia bisa mengetahui lebih jauh soal sejarah Indonesia secara umum, dan khususnya sejarah awal Purwakarta.
"Saya senang, begitu sampai di Stasiun Purwakarta bisa mampir lihat museum yang superkeren. Saya juga bisa mengenal tentang sejarah awal mula Purwakarta," kata dia.
Adapun museum ini beroperasi setiap hari pada Senin-Jumat dari pukul 09.00-15.00 WIB dan Sabtu-Minggu pukul 09.00-13.00 WIB. Masuk ke museum ini gratis. Selain itu, pengunjung juga bisa ditemani petugas museum yang dengan senang hati memandu berkeliling museum.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, yang ditemui Liputan6.com di kediamannya di Purwakarta, Sabtu, 11 Februari 2017, memberi tanggapan soal museum tersebut. Dia mengaku memang ingin mengajarkan sejarah peradaban Indonesia lewat museum supaya abadi di masyarakat dan anak-anak.
"(Bale Panyawangan Diorama Purwakarta) disajikan juga dalam bentuk animasi-animasi yang sangat disukai. Anak-anak suka melihat gambar," ujar pria yang disapa Kang Dedi ini.
Ia menambahkan, karena sajiannya yang lain dari museum kebanyakan, Bale Penyawangan Diorama Purwakarta itu banyak dikunjungi oleh orang-orang. Hal itu bisa dibuktikan setiap hari museum itu tak pernah sepi pengunjung, bahkan dari seluruh Indonesia.
"Itu baru satu loh, gimana kalau banyak."
Ke depan, kata Kang Dedi, memang akan dibangun beberapa museum lagi di Purwakarta untuk mengedukasi generasi muda. Rencananya Museum Islam Nusantara dan Museum Toleransi.
Advertisement